Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara

Sekutu di bawah pimpinan Brigadir

Bethell mendarat di Semarang

dengan maksud mengurus tawanan

perang.

Kedatangan Sekutu ini diboncengi oleh Netherlands Indies Civil

Administration (NICA). Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA

telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para

tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut justru dipersenjatai

sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 di kota Magelang terjadi pertempuran

antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan

gabungan Inggris dan NICA. Insiden tersebut terhenti setelah Soekarno

dan Brigadir Bethell melakukan perundingan dan memperoleh kata

sepakat.

Namun, ternyata pihak Sekutu mengingkari janji. Pada tanggal 12

Desember 1945, pertempuran berkobar di Ambarawa.

Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang

menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap

dari kedua sisi, sehingga musuh benar-benar terkurung.

Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945

pertempuran berakhir. Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan

Sekutu dibuat mundur.

Kemenangan ini diperoleh berkat kerja

sama dari seluruh rakyat di Ambarawa.

Kemenangan pertempuran ini kini

diabadikan dengan didirikannya

“Monumen Palagan Ambarawa” dan

diperingati sebagai hari Jadi TNI

Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.