Soekarno; Sejarah
Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno kita kenal sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia (RI) sekaligus presiden yang pertama. Kita sebagai warga Indonesia harus tahu kisah hidup Soekarno.
Simak biografi Soekarno dalam artikel ini. Kita akan bahas mulai dari kelahiran, masa pengasingan, masa kemerdekaan, hingga akhir hayatnya.
Kelahiran Soekarno
Dikutip dari buku Soekarnoku, Soekarnomu, Soekarno Kita (2018) oleh Hasna Wijayati, Soekarno lahir di Surabaya pada hari Kamis, 6 Juni 1901. Dia lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Raden Soekemi adalah bangsawan keturunan Sultan Kediri. Sedangkan ibunya orang Bali berkasta Brahmana, karena merupakan keponakan Raja Singaraja yang terakhir.
Dalam buku Selangkah Lebih Dekat dengan Soekarno (2018) karya Adji Nugroho, dijelaskan Soekarno lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Namun karena sering sakit di usia 5 tahun, namanya diganti menjadi Soekarno. Orang Jawa punya kepercayaan bahwa anak yang menyandang nama terlalu berat akan sering sakit.
Nama Soekarno berasal dari nama panglima perang di dalam kisah pewayangan, yaitu Karna yang diucapkan menjadi Karno. Awalan 'su' memiliki arti 'baik'.
Meski keturunan ningrat, kehidupan keluarga Soekarno tidak bergelimang harta, apalagi saat itu penjajah Belanda masih berkuasa. Namun dia masih bisa bersekolah di sekolah Belanda HIS pada tahun 1908.
Dia lalu berpindah ke Europeesche Lagere School (ELS) yang berada di Mojokerto. Ia menamatkan pendidikan sekolah dasarnya pada tahun 1919. Selanjutnya, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS (Hogere Burger School) di Surabaya atas bantuan teman ayahnya, yaitu HOS Cokroaminoto.
Cokroaminoto juga memberikan tempat tinggal untuk Soekarno. Bersama Cokroaminoto, Soekarno mendapatkan ilmu yang luas dan sering bertemu tokoh-tokoh perjuangan, seperti Agus Salim, Abdul Muis, Alimin, dan lain-lain.
Soekarno pun mulai aktif dalam kegiatan perjuangan, seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian namanya menjadi Jong Java. Soekarno mulai mendirikan organisasi bernama Algemene Studie Club di Bandung hingga menjadi besar dan berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia.
Meraih Kemerdekaan
Setelah aktif dalam pergerakan perjuangan, Soekarno kemudian terus diawasi Belanda hingga berkali-kali diasingkan.
Dilansir dari buku The Uncensored of Bung Karno: Misteri Kehidupan Sang Presiden (2016) oleh Abraham Panumbangan, salah satu penyebab Bung Karno ditangkap adalah saat berpidato di Yogyakarta dengan lantang menyebut Belanda imperialis.
Pada tanggal 29 Desember 1929, Soekarno dipenjara di Sukamiskin. Di sana, dia menulis sebuah pledoi yang dikenal sebagai Indonesia Menggugat. Dia dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931.
Setelah itu, dia beberapa kali diasingkan, seperti ke Flores dan Bengkulu. Masa pengasingan justru membuat dirinya semakin kuat dalam melawan Belanda. Dia membuat rencana-rencana dan gagasan untuk menuju kemerdekaan.
Ketika masa pendudukan Jepang, Soekarno dibebaskan pada tahun 1942. Jepang pun memanfaatkan Soekarno dan sejumlah tokoh untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia. Setelah melalui berbagai perundingan, Jepang dan para tokoh Indonesia sepakat membahas kemerdekaan melalui sidang BPUPKI dan PPKI.
Rupanya tokoh muda tidak begitu senang dengan kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang. Mereka menginginkan Indonesia merdeka bukan dari pemberian.
Dilansir dari situs setneg.go.id, tanggal 15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00, terjadi perdebatan antara Soekarno dan pemuda di Jalan Pegangsaan Timur No 56. Chaerul Saleh meyakinkan Soekarno bahwa ribuan pasukan bersenjata siap mengusir tentara Jepang untuk melakukan revolusi.
Bung Karno menolak karena khawatir terjadi pertumpahan darah yang bakal menghilangkan banyak nyawa. Selain itu, Bung Karno merasa kemampuan tentara Indonesia tidak cukup kuat melawan Jepang.
Akhirnya pada dini hari, 16 agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta terpaksa diculik para pemuda ke Rengasdengklok. Bung Karno pun didesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Sempat terjadi perdebatan, akhirnya Bung Karno memilih untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Mereka lalu kembali ke Jakarta, yakni ke rumah Laksamana Maeda yang berani menjamin keselamatan para tokoh. Malam itu juga, mereka menyusun naskah proklamasi. Istri Soekarno turut menjahit bendera merah putih.
Akhirnya kemerdekaan diproklamasikan oleh Soekarno di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 WIB. Bung Hatta sudah berpesan kepada para pemuda yang bekerja di pers dan kantor-kantor berita untuk menyebarkan ke seluruh dunia.
Akhir Hayat
Setelah 20 tahun memimpin Indonesia, Soekarno lengser dari bangku kepresidenan yakni setelah peristiwa G30S/PKI 1965. Situasi pun tak menentu di segala bidang, termasuk pula kesehatan Soekarno yang terus memburuk.
Dilansir dari laman Kemdikbud, Soekarno hanya memiliki satu ginjal yang sehat, sedangkan satunya sudah membatu. Setiap hari, Bung Karno harus minum madu arab dan 10 vitamin setiap pagi.
Di akhir hayatnya, Bung Karno harus menjalani hari-hari di Wisma Yaso yang menjadi tempat tahanan bagi dirinya. Dia sulit berhubungan dengan orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Penjagaan ketat oleh tentara diberlakukan di sana.
Sempat bertahan lima tahun, Sukarno akhirnya wafat pada 21 Juni 1970. Soekarno sempat dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk mendapatkan perawatan hingga mengembuskan napas terakhir. Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.