Nabighah Al Ja’dy

Nabighah adz-Zubyani sering berkelana dari satu kabilah ke kabilah lainnya, melantunkan syair-syair yang mengisahkan peristiwa, cinta, dan kehormatan. Ketenarannya mencapai puncak saat ia diundang untuk hadir di pasar Ukaz, sebuah pasar besar yang juga menjadi tempat berkumpulnya para penyair untuk berkompetisi.

Di sinilah Nabighah menunjukkan kepiawaiannya, memenangkan hati para pendengar dengan kefasihan bahasa dan kedalaman maknanya. Salah satu puisi terkenalnya, "Apabila Kamu Bertemu dengan Kuda Berpacu", menggambarkan kecintaan dan keahliannya dalam mendeskripsikan kuda, simbol kekuatan dan kemegahan pada masa itu.

Namun, Nabighah adz-Zubyani juga dikenal sebagai penyair yang bijaksana. Ia mampu menangkap esensi kehidupan gurun yang keras, mengubahnya menjadi puisi yang penuh dengan refleksi dan pengajaran. Kehidupannya yang berkelana membuatnya menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting pada masa Jahiliyah, yang kemudian ia abadikan dalam syair-syairnya. Ia adalah pengamat yang tajam dan pencerita yang andal, menangkap momen-momen heroik dan juga tragedi kemanusiaan (al-Shi'r wa-al-Shu'ara, 2/157).


Lebih menarik lagi, Nabighah adz-Zubyani bukan sekadar penyair tetapi juga diplomat ulung. Dikenal dengan kelihaiannya dalam bernegosiasi, ia seringkali diutus oleh sukunya untuk menyelesaikan perselisihan antar kabilah. Perannya ini membuatnya dihormati tidak hanya karena kemampuan sastranya, tetapi juga karena kebijaksanaan dan kecerdasannya dalam memelihara perdamaian di tengah masyarakat yang keras dan kompetitif.


Beralih ke masa yang berbeda, kita bertemu dengan Nabighah Al-Ja'di, seorang penyair yang hidup pada masa Nabi Muhammad Saw. Nama aslinya adalah Qays ibn 'Abdullah, dan ia memperoleh Lakab Nabighah karena kepiawaiannya dalam syair dan kefasihan dalam berbicara. Berbeda dengan Nabighah adz-Zubyani, Nabighah Al-Ja'di adalah seorang sahabat Nabi yang kemudian memeluk Islam.

Pada masa Nabi, Nabighah Al-Ja'di dikenal sebagai penyair yang menggabungkan kecintaan pada bahasa dengan kecintaan pada agama. Ia seringkali mengkomposisikan syair yang menggambarkan perjuangan dan ajaran Islam. Salah satu syairnya yang terkenal adalah tentang pertempuran Badar, di mana ia memuji keberanian para sahabat dan keadilan perjuangan mereka di bawah panji Islam.

Selain itu, Nabighah Al-Ja'di juga dikenal karena syair-syairnya yang menggugah semangat dan memberi nasihat. Syair-syairnya tidak hanya indah dalam penyusunan kata, tetapi juga mendalam dalam makna, mencerminkan kebijaksanaan yang ia peroleh dari pengajaran Nabi. Dalam setiap bait yang ia lantunkan, Nabighah Al-Ja'di menunjukkan bagaimana puisi dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyebarkan pesan-pesan moral. Melalui syair-syairnya, ia turut berperan dalam menyebarkan dan memperkuat nilai-nilai Islam di kalangan masyarakat Arab (Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah, 5/325).

Nabighah Al-Ja'di juga dikenal karena hubungannya yang dekat dengan Nabi Muhammad Saw Ia sering menghadiri majelis-majelis Nabi, menyimak dengan saksama ajaran-ajaran yang disampaikan. Pengaruh Nabi sangat tercermin dalam karyanya, yang sarat dengan nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan kemanusiaan. Syair-syairnya tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, menjadikannya sebagai salah satu penyair yang dihormati pada masanya.


Meski hidup di dua zaman yang berbeda, Nabighah adz-Zubyani dan Nabighah Al-Ja'di berbagi satu warisan yang sama: kekuatan kata-kata. Keduanya menunjukkan bagaimana puisi dapat menjadi cerminan dari zaman mereka, mengabadikan nilai-nilai dan peristiwa penting yang mewarnai kehidupan bangsa Arab. Melalui syair-syair mereka, kita dapat merasakan napas sejarah yang panjang, dari masa Jahiliyah hingga masa awal Islam, dan memahami bagaimana sastra menjadi bagian integral dari identitas dan budaya Arab.


Dalam gurun pasir yang sepi, di bawah langit yang luas, suara-suara mereka masih terdengar, membawa kita kembali ke masa lalu yang penuh dengan cerita dan kebijaksanaan. Nabighah adz-Zubyani dan Nabighah Al-Ja'di adalah dua bintang yang bersinar di langit sastra Arab, meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah puisi Arab. Keduanya, meskipun berbeda latar belakang dan zaman, menunjukkan betapa bahasa dan puisi bisa menjadi jembatan penghubung antar generasi, menyalurkan warisan budaya dan kebijaksanaan yang tiada tara.