Harimau dan kerbau
Dahulu kala, di suatu padang kering dan tandus hiduplah seekor kerbau kurus. Karena hampir
tiap hari tak mendapatkan rumput, maka kerbau itu pergi ke padang yang lain. Sampailah dia ke
padang dimana banyak rumputnya. Hatinya gembira melihat rumput hijau itu.
“Nah, inilah makananku,” gumamnya sendiri dan tersenyum.
Tapi tiba-tiba muncullah seekor harimau besar menghadangnya. Lalu dia berkata, “O, tidak
mudah kau ambil makan di sini kecuali sudah mendapat ijinku.”
“Kalau begitu ijinkanlah aku memakannya,” pinta kerbau.
“Silakan, asal kau mau memberikan sesuatu padaku,” jawab harimau. “Sebab setiap siapa datang
kemari untuk makan rumput pasti berjanji akan memberikan sesuatu untukku. Bagaimana kalau
kau besok memberikan hatimu kepadaku?”
Kerbau berpikir sejenak.
“Biarlah akan kuberikan padamu,” akhirnya kerbau berjanji akan memberikan hatinya kepada
harimau.
Beberapa hari kemudian harimau menemui kerbau, tapi si kerbau sudah mengerti maksud
kedatangan harimau.
“Bagaimana janjimu, kerbau?” tanya harimau,
“Kau terlalu cepat menagih janjimu,” jawab kerbau. “Sabarlah besok kalau badanku sudah
gemuk.”
Selang beberapa bulan kemudian badan kerbau memang sudah nampak gemuk. Karena itulah,
maka harimau ingin segera kerbau memenuhi janjinya. Tapi si kerbau tak mau menyerahkan
hatinya. Dia ingin mempertahankannya. “Kenapa aku harus menyerahkan satu-satunya hatiku?
Padahal hanya karena aku makan rumput di sini. Bukankah rumput ini juga milikku?” pikirnya.
Mendengar geram harimau, kerbau siap melawannya. Dan memang terjadilah pertarungan sengit
antara dua binatang itu. Lama juga pertarungan yang nampak saling serang menyerang itu. Tapi
akhirnya kerbau tak kuat menahan serangan harimau. Dia lari. Tapi harimau terus mengejarnya. Dahulu kala, di suatu padang kering dan tandus hiduplah seekor kerbau kurus. Karena hampir
tiap hari tak mendapatkan rumput, maka kerbau itu pergi ke padang yang lain. Sampailah dia ke
padang dimana banyak rumputnya. Hatinya gembira melihat rumput hijau itu.
“Nah, inilah makananku,” gumamnya sendiri dan tersenyum.
Tapi tiba-tiba muncullah seekor harimau besar menghadangnya. Lalu dia berkata, “O, tidak
mudah kau ambil makan di sini kecuali sudah mendapat ijinku.”
“Kalau begitu ijinkanlah aku memakannya,” pinta kerbau.
“Silakan, asal kau mau memberikan sesuatu padaku,” jawab harimau. “Sebab setiap siapa datang
kemari untuk makan rumput pasti berjanji akan memberikan sesuatu untukku. Bagaimana kalau
kau besok memberikan hatimu kepadaku?”
Kerbau berpikir sejenak.
“Biarlah akan kuberikan padamu,” akhirnya kerbau berjanji akan memberikan hatinya kepada
harimau.
Beberapa hari kemudian harimau menemui kerbau, tapi si kerbau sudah mengerti maksud
kedatangan harimau.
“Bagaimana janjimu, kerbau?” tanya harimau,
“Kau terlalu cepat menagih janjimu,” jawab kerbau. “Sabarlah besok kalau badanku sudah
gemuk.”
Selang beberapa bulan kemudian badan kerbau memang sudah nampak gemuk. Karena itulah,
maka harimau ingin segera kerbau memenuhi janjinya. Tapi si kerbau tak mau menyerahkan
hatinya. Dia ingin mempertahankannya. “Kenapa aku harus menyerahkan satu-satunya hatiku?
Padahal hanya karena aku makan rumput di sini. Bukankah rumput ini juga milikku?” pikirnya.
Mendengar geram harimau, kerbau siap melawannya. Dan memang terjadilah pertarungan sengit
antara dua binatang itu. Lama juga pertarungan yang nampak saling serang menyerang itu. Tapi
akhirnya kerbau tak kuat menahan serangan harimau. Dia lari. Tapi harimau terus mengejarnya. 11
Di tengah perjalanan kerbau berjumpa dengan kuda.
“Ada apa kau lari terengah-engah?” tanya kuda terheran-heran.
“Aku dikejar harimau. Hendak membunuhku,” jawab kerbau tersengal-sengal.
“Jangan kuatir! Bersembunyilah di balik badanku!” suruh kuda.
Ketika harimau datang terjadilah perkelahian antara harimau dan kuda. Mereka saling dorong
mendorong. Saling memagut. Saling ingin merobohkan. Tapi akhirnya kuda pun terpaksa
mengakui keperkasaan si raja hutan.
Kuda dan kerbau terpaksa lari menemui banteng.
“Tolong kawan, kami akan dibunuh harimau. Dia mengejarku sekarang. Tolonglah …” kata
kuda gelisah.
“Baiklah. Jika harimau ingin membunuhmu, biarlah dia membunuh si banteng perkasa ini lebih
dulu,” ujar banteng bangga. “Mana dia sekarang?”
Belum lagi kuda dan kerbau menjawab, harimau telah melompat dan menerkam banteng. Dia
menerjangnya sekuat tenaga. Terjadilah pertarungan sengit. Tapi akhirnya bantengpun terpaksa
menyerah kalah. Mereka bertiga lari tunggang langgang. Sedangkan harimau terus mengejarnya,
seolah belum puas bila belum memakan ketiga binatang itu.
Sampailah mereka di sebuah padang rumput dimana terdapat sebuah sumur tua. Mereka bertemu
dengan kambing dan memberitahukan kalau mereka dalam keadaan bahaya, hendak dibunuh
harimau. Dan tanpa banyak kata kambing segera bersiap membantunya. Dia mengoleskan buah
kaktus hingga badannya merah.
Tiba-tiba harimau datang dengan geramnya.
“Kamu lihat kerbau dan kawan-kawannya?” tanya harimau garang.
“Ya, kenapa?” jawab kambing.
“Mereka hendak kubunuh.”
“Mereka telah kubunuh semua, karena menggangguku. Kau pun akan kubunuh jika
menggangguku. Lihatlah badanku sampai merah begini. Ketiga binatang itu telah kubinasakan.”
“Dimana mereka sekarang ?” kejar harimau belum puas.
“Kalau kau ingin melihat mereka, tengoklah sumur itu!”
Harimau heran. Lalu dia melongokkan kepalanya ke dalam sumur. Tapi belum lagi dia melihat
isi sumur, banteng mendorongnya dari belakang hingga harimau terjerembab ke dalam sumur tua
itu. Matilah harimau.