Cicak ingin jadi Buaya

Pada suatu hari di negeri antah barantah, ada seekor cicak ingin menjadi buaya,  ia tampak mengais-ngais sampah dan terkadang mengendap-endap masuk ke sebuah laboratorium milik seorang ilmuwan bernama belalang.

“Ahh, si belalang sedang tidak berada di tempatnya, kesempatanku utuk mencuri ramuan perubah wujud itu.

Dengan teramat lincahnya si cicak melompat kesana kemari, tanpa takut ada yang memergokinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, tak berapa lama kedua matanya memandang sebuah botol diatas meja.

“Ahaa! Ini dia yang aku cari.

Segeralah dia merayap ke atas botol, digoyang-goyangkanya botol berisi ramuan tersebut, dan tak berapa lama botol itupun terguling, berhamburanlah segala isi didalamnya memenuhi meja kerja pak belalang.

“Kesempatanku untuk segera menenguk ramuan ini.”

Slurpppss....

Ramuan yang berceceran diatas meja itupun dijilatinya habis-habisan, sungguh teramat rakusnya cicak ini, dan tak berapa lama tubuhnyapun bergetar, badanyapun semakin basah kuyup oleh keringat yang mulai bercucuran, semakin menit semakin hebat terasa suhu badanyapun semakin meninggi.

“Wuah... apa yang sedang terjadi pada tubuhku, aku semakin tak kuat menahan gejolak dari ramuan ini, oh tidak.... tidak..., aku harus tetap hidup, ya Tuhan berilah kekuatanku. Selang beberapa menit kemudian tubuh cicak itupun terkulai tak sadarkan diri diatas meja. Namun beberapa jam kemudian dia siuman, dan dirabanya seluruh anggota tubuhnya.

“Astaga, rupanya aku masih hidup.

Dia semakin merasa kegirangan setelah dilihatnya seluruh anggota tubuhnya yang mulai nampak membesar itu.

“Ahaa, aku sudah berubah menjadi seekor buaya!

Ucapnya dengan penuh rasa haru dan bangga dengan apa yang dia lakukan tadi ternyata telah berhasil.

Segeralah ia bergegas melompat dari atas meja profesor belalang,dan berjaan mengendap-endap lalu menuju keluar, di sepanjang perjalananya ia mulai nampak bertingkah, diliriknya beberapa ekor cicak yang kebetulan melintas dihadapanya dengan tatapan yang angkuh, dan jalanyapun dibuat-buatnya segagah mungkin laksana penguasa sungai, yaitu sang predator yang paling ditakuti. Suaranyapun terdengar mulai sedikit membesar dan tak seperti layaknya suara sang cicak yang merayap di dinding.

“Menyingkirlah kalian, sebelum aku lahap, lihatlah tubuhku telah menjadi besar, dan langkahku semakin garang. Sekarang kalian harus tunduk padaku, karena aku akan segera menguasai daerah ini, akulah sang predator perkasa, sang buaya penguasa sungai dan rawa disini!!

Tak berapa lama cicak besar itupun segera berjalan menuju kearah tepian sungai yang sedikit menyerupai rawa, namun naas, sebelum ia mendekati kearah sungai, seekor mahkluk besar yang hampir mirip denganya dengan garangnya menatap kearahnya, dengan tatapan mata yang kemerah-merahan mahkluk itu bertanya kepada sang cicak yang mengaku predator baru calon penguasa sungai itu.

“Hai... kadal kuning kehijauan, mau kemana kamu, ini daerah kekuasaanku, untuk apa kamu kemari, tempatmu disemak-semak, bukan didalam air dan bantaran sungai ini..!!

Cicak itupun terkejut, mendengar bahwa dia hanyalah seekor kadal yang berwarna kuning kehijau-hijauan, tubuhnyapun mulai gemetaran tak karuan rasa dan pikirannyapun semakin kacau saja.

“Celaka ternyata aku tak sebesar buaya yang aku inginkan, aku hanya bisa menjadi seekor kadal saja.

Keringat dinginpun kembali bercucuran di sekujur tubuhnya, entah mau apa lagi yang dia perbuat, terbesit keinginan tuk kembali kepada kelompoknya yang telah dia remehkan tadi, namun rasa malu dan gengsi sudah mendarah daging kala itu.

Apa yang harus aku lakukan untuk saat ini, kacau bisa-bisa aku akan ditelan mentah-mentah oleh mahkluk ini.

“Hai.. kadal, kenapa kau diam saja disitu, apakah kau ingin menjadi santapanku sore ini, ha hahahahaha..

Dan buaya itupun semakin mendekatinya, namun tubuh cicak yang telah berevolusi itu tak mampu bergerak sedikitpun, dia hanya sanggup menatap sang buaya dengan keadaan tubuh yang basah kuyup oleh keringat dinginya sendiri.

“Maaf sang buaya, aku tidak bermaksud mengambil wilayahmu, aku hanya tersesat disini, tolonglah jangan kau jadikan aku sebagai santapanmu.

Namun naas, rupanya sang predator sungguhan itu telah kehilangan rasa kasihanya oleh lapar yang semakin menggila, segera dia mengambil ancang-ancang tuk melahap sang kadal kedalam mulutnya.

“Happpppppppp..

Seketika sang kadal itupun telah berada didalam mulut sang buaya.

Crasss.. .Crassss¦

Terdengar suara gemeretak tulang-tulang yang mulai hancur di kunyah oleh gigi-gigi geraham yang sangat kokoh itu, tubuh sang kadal evolusi itupun telah hancur dan menghilang dari pandangan, dan buayapun kembali berjalan menuju kearah sungai lalu masuk kedalam air.

Malam mulai menyelimuti sekeliling bantaran sungai yang menyerupai rawa itu, di sudut sebuah laboratorium rupanya seorang profesor sedang kebingungan menemui ruanganya yang telah berantakan.

“Celaka!"

“Siapa yang telah menumpahkan ramuan evolusiku ini, oohh tidak, aku telah lama bekerja keras untuk penelitian ini.

Ditatapnya sekeliling ruang laboratorimnya yang telah berantakan, dilihatnya ada sebuah kotoran cicak yang tertinggal disudut meja.

“Ow ow..Rupanya ada seekor pencuri yang sangat meresahkan selama ini di ameja makan sudah mencuri ramuanku, oh tidak rupanya dia telah berhasil berevolusi, hmmmm kemanakah dia pergi ?!

Tak berapa lama, profesor yang bernama pak belalang itupun naik keatas plafon laboratoriumnya, dia mengira-ngira sang cicak masih berada disitu, namun tak satupun cicak besar yang berada disitu, tak berapa lama melintaslah seekor cicak kecil dihadapanya, dan ditangkapnya binatang merayap itu.

“Ha.., kemana temanmu yang telah mengacaukan hasil penelitianku?!”

Cicak itupun mencoba menceritakanya dengan ucapan yang terbata-bata.

“Maafkan saya profesor, saya tidak ikut campur, cicak pencuri itu telah merubah dirinya seketika menjadi seekor kadal, namun dia teramat sombong dan mengira dirinya telah menjadi seekor buaya, dia telah menuju kearah sungai beberapa jam yang lalu, kamipun diancamnya saat itu.

Lalu pak belalang melepaskan cicak itu, dan diapun berfikir sejenak. 

“Hmmm, ternyata penelitianku telah berhasil.

Diapun segera menuju ke arah sungai, namun hanya seekor buaya yang sedang tertidur pulas disitu.

“Ooohhh, aku tahu, mungkin kadal itu telah musnah menjadi santapan lezat sang buaya itu, hahahaha rasakanlah akibat perbuatanmu itu hai cicak.

Pak belalangpun merasa puas, lalu dia pergi dengan mengambil beberapa kesimpulan dari kejadian di laboratoriumnya.