Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara

Zaman praaksara juga bisa disebut nirleka. Nir artinya “tanpa” dan leka artinya “tulisan”. Dari sini kita bisa tahu kalau pada masa praaksara, manusia yang hidup pada zaman itu belum mengenal tulisan. Praaksara ini sama dengan prehistoric.

Selain itu, jika didefinisikan, sejarah berhubungan dengan aktivitas manusia. Sedangkan prasejarah, berarti sebelum adanya aktivitas manusia. Padahal kan, meskipun saat itu belum mengenal tulisan, manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Maka dari itu, istilah praaksara lebih tepat menggantikan istilah prasejarah.

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana


Manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan (atau ada juga yang menyebut masa berburu dan meramu) tingkat sederhana masih melakukan food gathering. Food gathering adalah mencari dan mengumpulkan makanan dari alam untuk bertahan hidup.

Makanan yang dicari apa sih? Yaa bisa tumbuhan, buah-buahan, sampai daging hewan buruan.

Dalam kondisi ini, manusia purba sangat bergantung dengan alam. Jadi, kalau persedian makanan di tempat mereka tinggal habis, maka mereka akan mencari tempat baru untuk mendapatkan sumber makanan. Maka dari itu, pola hidup mereka disebut nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Karena pola hidup yang masih berpindah-pindah ini, mereka membutuhkan kelompok untuk memudahkan segala aktivitasnya. Makannya, sudah ada yang namanya pembagian tugas. Biasanya laki-laki akan berburu hewan, sedangkan perempuan bertugas menjaga anak, mengumpulkan makanan, dan meramu makanan tersebut.

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Pada masa ini, manusia purba sedikit lebih maju dari masa tingkat sederhana. Soalnya, mereka sudah  mulai menetap sementara atau semi sedenter. Kayaknya mereka mulai mikir kalo pindah-pindah mulu capek sih wkwk. Makannya, mereka biasanya tinggal di gua yang dekat dengan sumber air.

Gua tempat tinggal mereka ini disebut dengan abris sous roche. Di gua inilah, ribuan tahun setelah mereka hidup, ditemukan lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding-dinding gua berupa cap tangan atau lukisan lainnya. Dipercaya, pada saat ini mereka mulai mengenal sistem kepercayaan dan kesenian. 

Nah, karena masih berburu dan mengumpulkan makanan, makannya mereka masih sangat bergantung dengan persediaan makanan dari alam. Di masa ini, (yang sezaman dengan mesolithikum), juga ditemukan sampah dapur sisa kulit kerang bernama kjokkenmoddinger.

Selain berburu hewan, mereka juga mulai bercocok tanam umbi-umbian yang masa panennya jangka pendek, kira-kira 3-5 bulan. Terus, kalau persediaan makanannya sudah benar-benar habis, mereka akan memutuskan untuk pindah tempat lagi.

Masa Bercocok Tanam

Seiring berjalannya waktu, manusia purba makin pinter lagi dong pastinya. Mereka mikir, hmm, bisa ga yaaa aku tidak perlu pindah-pindah lagi. Eureka! Gimana kalo aku menanam saja tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan! Kurang lebih begitu deh yang ada di kepala mereka~

Tidak heran ya, soalnya manusia yang hidup di zaman ini adalah Ras Proto Melayu yang merupakan bagian dari Homo sapiens. Makannya, secara tingkat kecerdasan lebih tinggi dari Homo erectus atau Pithecanthropus, manusia purba pendahulu mereka.

Pada masa bercocok tanam, manusia sudah mampu menghasilkan makanan sendiri, dan sudah beralih juga nih dari food gathering ke food producing.

Saat itu, mereka akan memilih lahan yang sangat luas untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Nah, jika di lahan ini ada pohon, maka pohon-pohonnya akan mereka tebang. Kemudian, sebagian hutannya akan mereka bakar. Terakhir, lahannya dapat digunakan untuk bercocok tanam.  Teknik ini dinamakan tebas dan bakar atau slash and burn.

Otomatis, mereka gak hidup secara nomaden lagi, melainkan sudah hidup menetap atau sedenter. Artinya, mereka sudah tidak tinggal di abris sous roche, melainkan sudah menempati rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu. Tujuan pendirian rumah ini agar mereka terhindar dari banjir maupun ancaman bintang buas.

Karena sudah hidup menetap, jumlah mereka pun semakin banyak. Lama kelamaan, muncullah desa kecil. Dari sini mereka pun mulai sadar kalau penting juga nih punya pemimpin. Akhirnya, di masa ini, mereka memiliki kepala suku yang dipilih dengan sistem Primus Inter Pares. Jadi, pemilihannya itu dilakukan dengan musyawarah. Biasanya, orang yang dipilih memiliki fisik yang kuat dan kemampuan spiritual yang lebih baik.

Masa Perundagian

Perundagian berasal dari kata undagi yang artinya keahlian atau terampil. Sementara, perundagian adalah golongan orang yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam melakukan pekerjaan tertentu.

Misal, ada yang ahli menjadi tukang kayu, pengrajin logam, pembuat alat-alat perkakas dari batu dan tulang, hingga ada yang punya keahlian berocock tanam.

Secara tidak langsung, di masa perundagian ini banyak muncul profesi baru. Tidak heran, masa perundagian juga disebut sebagai masa pertukangan.

Woww. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi peradaban manusia bukan? Tidak  berhenti di situ saja. Karena hidupnya semakin maju dan manusianya semakin cerdas, mulailah muncul sistem ekonomi barter atau tukar menukar barang dalam kegiatan perekonomian.

Lalu, apa yang membedakan masa perundagian ini dengan masa-masa sebelumnya?

Pada masa perundagian, manusia sudah mulai menggunakan bahan logam dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka mengenal dua teknik pengolahan logam, yaitu teknik dua setangkup (bivalve) dan teknik cetak tuang (a cire perdue).