Kupu-kupu Saputangan

Namanya Putri Marina. Di sebuah kerajaan bernama Awan Biru, hidup seorang putri raja yang cantik jelita. Putri Marina mempunyai hobi atau kesukaan yang agak unik, dia sangat menyukai saputangan. Ya, Putri Marina mengumpulkan saputangan banyaaak sekali. 

Setiap hari dia meminta penjahit istana untuk membuatkannya saputangan baru. Syaratnya, dia tidak mau saputangan yang sama. Saputangannya harus berbeda setiap hari. Karena semua orang tahu bahwa Putri Marina sangat menyukai saputangan, setiap tamu yang datang ke istana akan membawa oleh-oleh beberapa lembar saputangan cantik untuk Sang Putri. Putri Marina pasti akan kegirangan menerimanya. 

Setelah memandang-mandang dan mengelus-elus saputangannya sampai puas, Sang Putri pun akan segera membawanya ke kamar dan memasukkannya ke sebuah lemari ukiran yang sangat besar, yang seluruh isinya adalah saputangan!

Bisa dibilang, Putri Marina punya saputangan beragam model, warna, dan gambar apapun di lemarinya. Mulai dari yang polos nan lembut sampai yang permukaannya penuh gambar bunga berwarna-warni. 

Suatu hari, tak cukup hanya mendapat saputangan dari tukang jahit istana dan para tamu kerajaan, Putri Marina merengek meminta ayahnya, Sang Raja, untuk mengumpulkan saputangan-saputangan dari seluruh negeri. 

"Ayolah, Ayah, aku ingiiin sekali mendapatkan saputangan yang dimiliki seluruh perempuan di kerajaan kita. Pasti banyak sekali. Coba Ayah bayangkan, aku memiliki semua saputangan itu, melengkapi koleksiku di lemari!" Begitu sayangnya Sang Raja kepada putrinya, akhirnya Raja mengikuti kemauan Putri Marina. 

Dia mengumumkan ke seluruh negeri untuk mengumpulkan semua saputangan yang ada di wilayahnya untuk diberikan kepada putri raja. "Sebagai tanda cinta rakyat Awan Biru kepada Putri Marina, semua penduduk perempuan yang memiliki saputangan harus menyerahkan semua saputangannya kepada pengawal istana yang akan berkeliling ke desa-desa," begitu bunyi pengumumannya. 

Meski merasa agak janggal, semua perempuan di Kerajaan Awan Biru mulai mengumpulkan saputangan-saputangan mereka. Beberapa perempuan agak sedih berpisah dengan saputangan kesayangan mereka, sebab di antaranya memiliki kenangan. Namun, mereka tetap merelakannya untuk dibawa pengawal.

Bisa kau bayangkan! banyaaak sekali saputangan yang terkumpul. Jumlahnya ribuan!

Begitu melihat rombongan pengawal istana membawa saputangan-saputangan itu ke halaman istana, hati Putri Marina berdebar-debar saking senangnya. Baru kali ini dia mendapatkan saputangan begitu banyaknya dalam satu waktu. Sang Putri girang bukan kepalang. 

Dia langsung menyambut rombongan pengawal, membuka kereta yang membawa tumpukan ribuan saputangan, melompat ke atasnya, dan menari-nari gembira bermandikan saputangan-saputangan itu. Marina tidak Putri pun mempermasalahkan saputangan-saputangan itu cantik atau tidak, yang penting dia bisa memilikinya. 

"Pengawal, minta tukang cuci istana untuk mencuci bersih semua saputangan ini dan beri pewangi! Setelah itu, lipat yang rapi dan masukkan ke lemariku,” perintah Putri Marina dengan wajah yang begitu semringah.

Begitulah, saputangan-saputangan yang tadinya milik para perempuan di seluruh kerajaan itu kini masuk ke dalam lemari besar Sang Putri. Tunggu dulu, ceritanya tidak hanya sampai di sini. 

Tahukah kamu, di dalam lemari yang penuh sesak dengan saputangan-saputangan cantik itu, terjadi huru-hara. Para saputangan lama milik Sang Putri marah-marah, karena lemari tersebut semakin sesak akibat masuknya saputangan-saputangan dari desa-desa. 

"Aduuuh, kalian bikin tambah sesak lemari ini!" seru saputangan merah jambu bergambar bunga lili. 

"Iya, nih, kenapa sih kalian mesti dimasukkan ke sini juga?" sungut saputangan bergambar kelinci.

“Maaf, ya, Teman-teman. Kami sebenarnya juga tidak mau berada di sini. Kami lebih senang bersama pemilik-pemilik kami sebelumnya," ujar saputangan bergambar laut biru sedih. 

"Jadi, kalian tidak senang berada di lemari megah Putri Marina ini?" tanya saputangan bunga lili. 

"Bukan begitu, kalau di sini, kami hanya berada terus di dalam lemari. Kalau dulu , kami selalu dibawa pemilik kami. Meski kami harus mengelap keringat mereka, tapi kami bisa ikut ke mana pun pemilik kami berjalan," jelas saputangan bergambar pohon rambutan. 

"Memang apa enaknya panas-panasan atau kehujanan di kantong tuan kalian yang bau?" tanya saputangan bergambar kucing setengah mengejek.

"Kami bisa ikut merasakan percikan air segar di sungai atau mencium wangi roti bakar di ujung jalan saat tuan kami membawa kami berjalan-jalan," ujar saputangan bergambar jerapah, matanya terpejam seakan membayangkan kata-katanya. 

"Iya, aku juga kangen dengan pemilikku dulu. Dia adalah nenek tua yang selalu membelai lembut punggungku setiap kali dia rindu suaminya yang telah meninggal. Aku ini saputangan pemberian suaminya itu. Sang nenek sayang sekali kepadaku," timpal saputangan berukir bunga mawar sambil menitikkan air mata . 

Satu per satu, saputangan-saputangan dari berbagai desa menceritakan pengalaman mereka. Ada yang dulu pemiliknya adalah bocah lima tahun yang sering menangis dan mengusapkannya ke pipi si bocah, ada yang dulu pemiliknya adalah tukang bunga yang sering menggunakannya sebagai penutup senyumnya karena dia begitu pemalu, ada yang dulu pemiliknya adalah seorang ibu yang begitu sayang kepada anak-anaknya dan memasukkan si saputangan ke tas-tas sekolah mereka. 

Begitu banyak cerita yang mereka ungkapkan, beraneka ragam dan semakin menarik. Lama-lama, para saputangan yang sejak awal dimiliki Sang Putri menjadi iri. Mereka memang bangga menjadi saputangan yang dimiliki Putri Marina, tapi selama ini mereka hanya berada di dalam lemari.

Sesekali Putri Marina menengok mereka, membuka lemari lebar-lebar, memandangi mereka helai per helai, tapi setelah itu pintu lemari ditutup kembali. Tak pernah mereka merasakan percik air sungai, mencium wangi roti bakar, atau sekadar menjadi penutup senyum yang malu-malu.

Ssst... diam-diam, saputangan-saputangan kerajaan itu juga ingin merasakan apa yang dialami teman-teman mereka dari desa. "Ah, sepertinya menarik sekali kehidupan kalian dulu, ya. Aku jadi iri," ucap saputangan bergambar kelinci. 

"Iya, aku sebenarnya juga bosan tinggal di dalam lemari terus. Apa gunanya kita diciptakan jika hanya untuk disimpan?" ujar saputangan bergambar anak gajah. 

"Kalau begitu, kita keluar saja dari sini!" seru saputangan bercorak bunga sepatu. 

"Sungguh? Apakah tidak apa-apa?" tanya saputangan berenda ragu-ragu. 

"Iya , kalau bersama-sama , kita bisa kok membuka pintu lemari besar ini!" seru saputangan bunga sepatu bersemangat. 

"Iya, ayo kita terbang keluar bersama-sama!" sahut saputangan bunga mawar tak kalah semangat. 

"Ayo-ayo!" banyak saputangan bersahutan mendengar ide ini. Lalu, keajaiban pun terjadi. Saputangan-saputangan itu mulai bergerak dan mengepak ngepakkan diri. Mereka bergerak bersama-sama dan mulai mengepak-ngepak dengan keras. 

Tiba-tiba, "Braaak!" Pintu lemari terbuka dan terbanglah mereka keluar lemari. Ribuan saputangan terbang keluar dari lemari megah Sang Putri menuju jendela yang terbuka lalu keluar dari istana. mereka terus mengepak-ngepak seperti seekor kupu-kupu yang begitu mahir terbang. 

Ajaib sekali, saputangan-saputangan itu membuat orang-orang ternganga melihatnya. Putri Marina yang akhirnya melihat kejadian itu menjerit-jerit kebingungan. “Tidak!!! Saputangan-saputanganku!!!” jeritnya berulang-ulang sambil berlarian mengejar. 

Para pengawal ikut mengejar, tapi tak ada yang berhasil menangkap satu pun karena saputangan-saputangan itu terbang terlalu tinggi. Putri Marina menangis sejadi-jadinya menyaksikan saputangan-saputangan koleksinya terbang. 

Bayangkan, ribuan saputangan cantik itu terbang memenuhi langit, menyebar ke segala arah mencari tempat asal mereka. Saputangan-saputangan kerajaan yang tadinya bingung hendak ke mana, memutuskan untuk terbang begitu saja mencari pemilik baru yang akan membawa mereka berjalan-jalan setiap hari. Mereka membayangkan, meski lelah dan berkeringat di dalam kantong para pemilik baru, mereka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman menarik selain hanya disimpan di dalam lemari. 

Maka, terbanglah mereka bersama-sama menuju ke segala arah. Ada yang sengaja menjatuhkan dirinya di pangkuan seorang wanita yang sedang memangku bayinya, ada yang masuk begitu saja ke kantong baju seorang wanita yang sedang memetik sayuran di kebunnya. ada yang menyisip ke bawah bantal di kamar seorang penari sirkus.

Para pemilik saputangan lama yang beberapa di antaranya masih sedih kehilangan saputangan yang menyimpan kenangan dalam hidup mereka, berseru senang ketika saputangan saputangan mereka kembali.

Begitu juga si nenek yang sangat merindukan saputangan pemberian almarhum suaminya. Suasana hiruk-pikuk terjadi di berbagai desa saat saputangan-saputangan itu kembali kepada pemiliknya.

Sementara itu, Sang Putri sendiri begitu sedih saat melihat hanya beberapa helai saputangan yang tertinggal di lemarinya. Saputangan-saputangan itu adalah saputangan yang masih ingin menemani Sang Putri meski hanya disimpan di dalam lemari.

Sang Raja pun menghampirinya dan berkata, "Mungkin mereka bosan selama ini terus berada di dalam lemari. Mungkinkah kau menyimpan yang tersisa saja dan sesekali mengajak mereka berjalan-jalan bergantian supaya mereka tidak bosan dan lari seperti yang lain?"

Sambil terisak, Putri Marina menjawab, “Iya mungkin Ayah benar. Aku sedih sekali saputangan-saputanganku pergi. Tapi mungkin mereka lebih sedih karena selama ini aku hanya menyimpan mereka.”

Sejak itu, Putri Marina tidak lagi memiliki banyak barang. Dia hanya memiliki beberapa, tapi dia selalu menggunakannya. Sang Raja senang melihat anak putrinya tidak lagi tergila-gila mengumpulkan saputangan atau barang apapun sampai lupa diri. 



Sumber : https://www.haibunda.com/parenting/20230130103624-61-296255/12-cerita-dongeng-fantasi-yang-menarik-untuk-pengantar-tidur-anak