Pakaian Adat Jakarta

Pakaian adat Jakarta yang dipakai sehari-hari hingga tradisi pernikahan, punya namanya masing-masing. Di samping itu, ada pula pakaian yang digunakan khusus untuk menghadiri acara resmi, seperti pernikahan dan lain-lain.
Berikut merupakan beberapa pakaian adat DKI Jakarta, dengan nama dan fungsinya masing-masing.
1. Baju Sadariah (Pakaian Laki-laki)
Baju Sadariah yang merupakan pakaian sehari-hari laki-laki Jakarta atau Betawi. Pakaian ini dipaparkan melalui penelitian Pakaian Adat Tradisional Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta, yang dikeluarkan Departemen Pendidikan pada tahun 1996.
Baju Sadariah adalah pakaian yang mirip dengan baju koko dan terbuat dari bahan katun dengan model kerah tinggi. Penggunaannya bersamaan dengan kain sarung yang dilipat dan diletakkan di bahu yang dinamakan cukin.
Selain itu, pemakaiannya juga dipadupadankan dengan celana panjang yang terbuat dari kain batik bermotif daun asem. Motifnya mirip dengan motif lereng, dengan dasar putih atau krem.
Kemudian laki-laki Betawi juga memakai peci atau kopiah hitam polos, dan alas kaki selop terompah.
2. Kebaya Encim (Pakaian Perempuan)
Encim muncul sebagai bentuk akulturasi kebudayaan Betawi, Melayu, Tionghoa, dan Belkamu pada abad ke-19. Pada masa itu, banyak orang Tionghoa yang datang ke Betawi untuk berdagang. Mereka kemudian menikah dengan orang Betawi dan melahirkan keturunan yang disebut sebagai peranakan Tionghoa.
Awalnya kebaya ini merupakan pakaian sehari-hari yang dikenakan oleh para peranakan Tionghoa. Namun, seiring berjalannya waktu, juga mulai dikenakan oleh masyarakat Betawi pada umumnya.
Kebaya encim mempunyai ciri khasnya tersendiri yang membuat ia berbeda dari yang lain. Pertama, potongan yang longgar dan kerah yang bulat. Serta sulaman benang emas atau perak yang menghiasinya. Pada bagian bawah kebaya juga dihiasi dengan rumbai-rumbai
Pada pernikahan adat Betawi, kebaya encim biasanya dipadukan dengan kain sarung batik dan selendang. Untuk aksesoris, biasanya digunakan perhiasan emas atau perak, seperti kalung, gelang, dan anting.
Di era modern ini, encim tidak hanya dikenakan pada acara-acara adat saja. Kebaya ini juga sering dikenakan pada acara-acara formal lainnya, seperti pesta pernikahan, kondangan, dan acara resmi.
Banyak desainer yang memodifikasinya agar lebih terlihat modern dan sesuai dengan tren. Kebaya ini pun kini tersedia dalam berbagai macam model, warna, dan motif.
3. Baju Tikim (Pakaian Laki-laki)
Bila pernah melihat baju yang digunakan oleh pesilat Betawi, baju itulah yang disebut dengan Baju Tikim. Baju Tikim umumnya pada bagian badannya dibuat longgar. Baju ini dipadankan dengan celana pangsi, yang dibuat menggantung agar terlihat lebih simpel.
Baju Tikim dan Celana Pangsi merupakan pakaian Betawi yang dipengaruhi budaya Tionghoa.
Baju Tikim berasal dari bahasa Hokkian yakni "tui khim" dan celana pangsi dara kata "phang si". Pada masyarakat tradisional Betawi di masa lalu, baju ini umumnya dipakai oleh para petani, pendekar, jawara, jago silat atau main pukulan.
3. Baju Demang (Pakaian Laki-laki)
Baju Demang merupakan istilah lain dari jas dalam masyarakat Betawi dan dikenakan oleh laki-laki. Laki-laki Betawi dan Jakarta biasanya mengenakan Baju Demang ini untuk menghadiri acara resmi, seperti pernikahan, acara kenegaraan, dan lain sebagainya.
Baju Demang ini umumnya dipadukan dengan memakai kain ujung serong atau kain dengan panjang tidak sampai lutut, yang dibentuk menyerong atau miring. Baju Demang juga dikenakan lengkap bersama peci untuk hiasan kepala.
4. Kebaya None
Kebaya None adalah salah satu pakaian adat DKI Jakarta. "None" merupakan salah satu bahasa Betawi yang artinya "wanita".
Ciri khas kebaya ini berupa kebaya dengan model yang sederhana dan elegan. Terbuat dari bahan kain yang halus seperti sutra atau katun. Warnanya memiliki warna yang cerah dan motif yang khas.
Kebaya None memiliki bagian lengan pendek serta sulaman yang indah di bagian depan kebaya. Kebaya None ini juga dipadukan dengan kain sarung Betawi yang disebut "kain jarik" atau "kain batik".
Kain jarik biasanya punya motif batik yang khas, seperti motif bunga atau motif geometris.
Kebaya None berbeda dengan Kebaya Encim. Kebaya ini merupakan kebaya khas suku Betawi di Jakarta, sedangkan Kebaya Encim berasal dari budaya orang Tionghoa Peranakan di Jawa.
4. Pakaian Pernikahan: Penganten Care Haji
Pada pakaian pernikahan adat Betawi atau Jakarta, pada pengantin pria, nama baju yang digunakan adalah Penganten Care Haji. Busana pengantin pria ini yang digunakan oleh terdiri atas:
Jubah, atau jube, yaitu pakaian luar yang longgar dan besar serta terbuka pada bagian tengah depan dari leher sampai ke bawah.
Gamis polos merupakan pakaian dalam jube berwarna muda, kalem, dan lembut yang tidak terlalu kontras dengan warna jubahnya.
Selempang sebagai tanda kebesaran, dipakai di bagian dalam jubah, diselempangkan pada pundak kiri menuju pinggang kanan.
Alpie, yaitu tutup kepala khas sorban haji setinggi 15-20 cm, dililit sorban putih atau emas. Alpie dihias dengan ronce melati tiga untai.
Alas kaki berupa sepatu pantofel.
Sirih dare, berupa 5-7 lembar daun sirih dilipat terbalik yang ujung atau batangnya tidak dibuang. Di dalamnya diselipkan bunga mawar merah dan uang sembe merupakan lambang kasih sayang.
5. Dandanan Care None Penganten Cine
Selain itu, mempelai wanita mengenakan busana pengantin yang diberi nama Care None Penganten Cine. Busana pernikahan pengantin wanita Betawi terdiri atas:
Tuaki, yaitu baju bagian atas yang terbuat dari bahan yang gemerlap.
Kun merupakan rok bagian bawah yang dibuat agak lebar.
Roban tipis, penutup kepala
Teratai Betawi sebagai hiasan penutup dada, dikenakan sehelai kain bertatahkan emas yang dibuat mengelilingi leher dan berkancing di belakang yang disebut delime.
Alas kaki atau penutup kaki berupa selop berbentuk perahu kolek, dan diperindah dengan tatahan emas dan manik-manik disebut selop kasut.
Baik pakaian pengantin pria dan wanita, pakaian adat DKI Jakarta khas Betawi merupakan pembauran budaya Tionghoa, Arab dan Barat.