Pakaian Adat Sapei Sapak (Kalimantan Utara)

Di tengah dampak negatif globalisasi yang kian merajalela, masyarakat Kaltara masih menjaga warisan budayanya berupa pakaian adat Sapei Sapak. Desain bajunya memang hampir mirip Ta'a, namun kaum pria hanya memanfaatkan gulungan selendang mirip celana dalam atau cawat. 

1. Motif Tumbuhan

Dampak perubahan sosial mempengaruhi kaum laki-laki lebih suka mengenakan celana pendek hitam. Untuk menonjolkan identitas baju adat, Sapei Sapak dilengkapi aksesoris mandau pinggang, perisai perang, taring babi, tulang, dan biji-bijian berasal dari bahan alam sekitar tempat tinggal. 

Pakaian adat Sapei Sapek biasanya menggunakan motif tumbuhan atau kokawang. Mengapa motif tumbuhan? Hal ini dikarenakan Kalimantan Utara memiliki banyak sekali pohon tengkawang. Baju adat motif tumbuhan menggambarkan kesuburan tanah saat petani bercocok tanam. 

2. Baju Adat Bulang Kurung

Pernah melihat pakaian nyentrik Bulang Kurung ala Ida Dayak? Rupanya pakaian Ida Dayak tidak boleh digunakan oleh sembarangan orang lho. Berbeda dengan pakaian khas Kerajaan Banjar, Bulang Kurung Kalimantan Utara hanya bisa dikenakan oleh orang-orang yang memiliki kesaktian. 

Pakaian terbuat dari kulit pohon nyamu, bulu binatang, kulit hewan, dan tanduk binatang super kokoh. Bulang Kurung biasanya memiliki atasan lengan pendek. Pakaian bisa dikenakan pria maupun wanita saat tengah melakukan ritual sesuai kepercayaan Suku Dayak Kalimantan Utara. 

3. Bulang Kurung Lengke

Modelnya hampir mirip baju adat Bulang Kurung, Bulang Kurung Lengke memiliki ciri khas lengan panjang pada bagian atasannya. Jenis pakaian adat biasa dikenakan oleh kalangan dukun sakti daerah Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat. Apakah orang biasa boleh mengenakannya?

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Kalimantan Utara, baju Bulang Kurung Lengke tidak boleh digunakan semua orang. Apabila dikenakan oleh perempuan sakti biasanya bermakna sederhana, anggun, penuh wibawa, berkarakter kuat, dan memiliki kesaktian menyembuhkan sakit.