Harimau, Petapa, dan Anjing Hutan yang Cerdik

Salah satu artikel cerita pendek pengantar tidur anak berikut ini dikutip dari buku Kumpulan Cerita Anak (2017) karya Joseph Jacobs.

Suatu hari, seekor harimau terperangkap dalam perangkap kendang. Harimau tersebut mencoba dengan sia-sia untuk lolos dari tiang-tiang besi kendang dan berguling-guling dalam keadaan marah dan sedih karena gagal melepaskan diri dari perangkat.

Kemudian, lewatlah seorang petapa.

"Lepaskan saya dari kurung ini, oh petapa yang saleh!" teriak sang Harimau.

"Tidak, temanku," balas Petapa secara halus. "Kamu mungkin akan memangsa saya jika saya melakukannya."

"Tidak akan" sumpah sang Harimau, "Sebaliknya, saya akan sangat berterima kasih sekali dan akan menjadi budakmu!"

Setelah sang harimau menangis dan mengeluh sambil menggerutu, hati petapa menjadi lunak dan akhirnya membuka pintu kendang.

Melompatlah sang harimau keluar, menerjang petapa yang sial, lalu berteriak, "Betapa bodohnya kamu! Tak ada yang bisa menghalangi saya untuk memangsa kamu sekarang, apalagi saya sangat lapar!"

Dengan ketakutan, sang Petapa memohon agar dibiarkan hidup; sang Petapa berjanji akan bertanya kepada 3 makhluk tentang keadilan dan Petapa itu juga berjanji akan memenuhi keputusan yang diberikan oleh ketiga makhluk tersebut.

Jadilah kemudian Petapa itu bertanya kepada sebuah pohon yang besar tentang keadilan, dan sang Pohon berkata "Apa yang kamu keluhkan? Saya memberikan keteduhan dan tempat bernaung bagi semua yang lewat, dan mereka membalasku dengan mematahkan cabang-cabangku untuk dimakankan ke ternak mereka? Jangan cengeng, bertindaklah seperti laki-laki!"

Kemudian Petapa dengan hati sedih, melihat seekor sapi yang menarik gerobak dan bertanya tentang keadilan.

"Kamu sangat bodoh karena mengharapkan terima kasih! Lihat saja saya! dulunya saat saya memberikan mereka susu, mereka memberikan saya makanan yang enak. Tetapi saat saya tidak lagi bisa memberikan susu, saya dipaksa menarik gerobak dan bajak, dan tidak lagi mendapatkan makanan lezat!"

Petapa yang sedih lalu bertanya kepada sebuah jalan.

"Tuan," kata sang Jalan, "betapa bodohnya engkau mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin! Lihatlah saya, sangat berguna kepada semua orang, kaya miskin, besar, kecil, tetapi mereka tidak memberikan saya apa-apa selain debu dan kotoran!"

Akhirnya petapa berbalik untuk kembali dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor anjing hutan.

Anjing tersebut bertanya, "Ada masalah apa tuan Petapa? Anda terlihat sangat sedih seperti ikan kehilangan air!"

Petapa lalu menceritakan segala hal yang terjadi. "Sungguh membingungkan!" kata sang Anjing Hutan. "Maukah Anda mengulang cerita Anda kembali karena segalanya campur aduk?"

Lalu Petapa mengulangi ceritanya kembali, dan sang Anjing Hutan masih menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Sangat aneh," katanya, "tetapi mari kita ke tempat kejadian, mungkin saya bisa memberikan penilaian." Mereka berdua lantas menuju ke tempat kejadian di mana saat itu sang Harimau sudah menunggu.

"Kamu pergi terlalu lama!" teriak sang Harimau, "tapi sekarang ini saya akhirnya bisa memulai makan siangku."

Petapa menjadi ketakutan dan memohon. "Tunggu sebentar, tuanku!" kata sang Petapa.

"Saya harus menjelaskan sesuatu ke Anjing Hutan ini tentang kejadian tadi."

Sang Harimau setuju dan ikut mendengarkan penjelasan Petapa ke Anjing Hutan.

"Oh, bodohnya saya!" teriak Anjing Hutan, "Jadi sang Petapa di dalam kandang dan sang Harimau kebetulan lewat..."

"Puuuh!" potong sang Harimau. "Bodohnya kamu! Saya yang berada di dalam kendang."

"Tentu saja!" kata Anjing Hutan, berpura-pura gemetar ketakutan, "Ya! Saya berada di dalam kandang - tidak, duh, bodohnya saya? Coba saya lihat lagi. Harimau ada di dalam, Petapa, dan sebuah kandang kebetulan berjalan - tidak - sepertinya bukan begitu! Duh! Saya tidak akan pernah bisa mengerti!"

"Kamu bisa mengerti!" jawab sang Harimau sambil marah karena kebodohan Anjing hutan.

"Saya yang berada di dalam kandang, apakah kamu mengerti?" tanya Harimau.

"Bagaimana Anda bisa berada di dalam kandang, tuan Harimau?" tanya Anjing Hutan Kembali.

"Bagaimana? Caranya biasa saja tentunya!" jawab Harimau.

"Kepala ku mulai pusing! Jangan marah tuanku, tetapi apa yang Anda maksud sebagai cara biasa itu?" tanya Anjing Hutan.

Harimau mulai kehilangan kesabaran dan melompat masuk ke dalam kandang, lalu berteriak, "Caranya begini! Apakah kamu mengerti sekarang?"

"Mengerti dengan jelas!" jawab Anjing Hutan sambil tersenyum dan menutup pintu kandang rapat-rapat.

"Menurut saya, sebaiknya Anda tetap berada di dalam kandang itu!"

Sang Petapa kemudian berterima kasih kepada Anjing Hutan atas bantuan dan kecerdikannya.