Kisah ular Menikah dengan manusia

 Dahulu kala hiduplah seorang brahmana dan isterinya. Sudah lama mereka mengharapkan kehadiran seorang bayi, namun mereka tidak juga dikaruniai anak. Hingga akhirnya setelah lama menanti, sang isteri mengandung dan melahirkan. Namun ternyata bayi yang dilahirkannya adalah seekor ular.

Para tetangga yang ketakutan menyuruh mereka segera membuang ular itu, namun suami isteri itu tetap merawat ular itu seperti layaknya anak menusia. Ular itu tumbuh menjadi dewasa dan ibunya sangat menyayanginya.

Pada suatu hari, sang ibu minta kepada suaminya untuk mencari calon isteri untuk putera mereka.

”Anak kita sudah dewasa, pak. Sudah waktunya ia menikah dan membangun rumah tangganya sendiri,” kata wanita itu.

”Aku tahu, bu,” jawab suaminya. ”Tapi gadis mana yang mau menikah dengan seekor ular?”

Isterinya terus mendesak dan menangis. Akhirnya sang suami memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya di desa tetangga. Siapa tahu, teman lamanya itu dapat membantu.

Sesampai di rumah sahabatnya, brahmana menceritakan bahwa ia sedang mencari calon isteri untuk puteranya. Sahabatnya malah memanggil anak gadisnya dan berkata. ”Kalau begitu, ambillah puteriku ini menjadi isteri puteramu.”

Brahmana tercengang, ”Kurasa... sebaiknya kau melihat puteraku dulu. Puteraku....”

”Ah, tidak perlu...” sela sahabatnya. ”Kita sudah lama berteman, puteramu pasti pemuda yang baik.”

Maka brahmana membawa gadis itu pulang untuk dinikahkan dengan puteranya. 

Isteri brahmana segera mempersiapkan pernikahan. Para tetangga yang datang membantu persiapan pernikahan membujuk calon pengantin untuk membatalkan pernikahannya, namun gadis itu tetap pada pendiriannya.

Akhirnya mereka menikah. Walaupun suaminya seekor ular, gadis itu melayani keperluannya dengan sangat baik. Ular itu tidur di sebuah peti kayu di samping tempat tidur isternya.

Pada suatu malam wanita muda itu terbangun. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang pemuda tampan duduk di tepi tempat tidurnya. 

”Jangan takut, isteriku,” kata pemuda itu.

”Siapa kau? Di mana suamiku?” jawab wanita itu ketakutan.

”Aku suamimu. Lihatlah,ini kulitku,” kata pemuda itu sambil menunjukkan kulit ular yang kosong.

”Aduuh... jangan-jangan kau mencelakakan suamiku,” kata wanita sambil menangis.

”Lihatlah,” kata pemuda itu sambil mengenakan kulit ular itu lalu menanggalkannya lagi.

Sejak saat itu tiap malam pemuda itu melepaskan kulit ularnya. Ia tinggal bersama isterinya sepanjang malam. menjelang fajar ia berubah menjadi ular lagi. 

Pada suatu malam, brahmana mendengar suara orang bercakap-cakap di kamar menantunya. Karena curiga, ia mengintip dan melihat puteranya menanggalkan kulitnya dan berubah menjadi seorang pemuda. 

Brahmana bergegas masuk ke kamar. Ia mengambil kulit ular itu dan melemparkannya ke dalam api. Dalam sekejap kulit ular itu terbakar menjadi abu.

”Terima kasih, ayah,” kata pemuda itu, ”sekarang aku terbebas dari kutukan dan hidup sebagai manusia sewajarnya.”

Pemuda itu pun hidup bahagia dan tenteram bersama isteri dan orang tuanya.