Kado Buat Keluarga

Contoh cerita pendek kehidupan yang bercerita tentang sebuah keluarga berikut dikutip dari buku 20 Cerita Manis Majalah Bobo (2016) karya Nur Ayati.

Hari ini Titin kelihatan murung. Lia, teman sebangkunya jadi heran.

"Minggu depan aku ulang tahun. Aku ingin sekali dirayakan. Tetapi Ayah sedang tidak punya uang. Dan kata Ibu, kalaupun ada uang, akan digunakan untuk biaya adikku masuk sekolah." Jawab Titin.

"Loh, orang tuamu benar, kan?" ujar Lia.

Titin mengangguk berat, ia tahu bahwa itu betul, tetapi ia ingat saat ia datang ke pesta ulang tahun Lia. Meriah sekali. Rumah Lia dihias warna-warni. Ada kue ulang tahun dengan krim warna-warni juga. Lia menerima banyak kado. Temannya itu tampak sangat senang. Nah, inilah yang sangat diharapkan Titin. Kalau ulang tahunnya tak dirayakan seperti itu, rasanya tak mungkin ia mendapat banyak kado berwarna-warni.

Selama di kelas, Titin tidak bisa konsentrasi belajar. Lia berusaha menghibur temannya. Sepulang sekolah, Lia mengajak Titin mampir ke rumah tantenya. Ia ingin mengembalikan buku yang dipinjam mamanya.

Di tengah perjalanan, Lia berkata, "Bagaimana kalau acara ulang tahunmu dirayakan di rumahku saja? Pasti mama dan papa senang," ujar Lia.

Tentu saja, Titin kaget dan senang. Tetapi setelah berpikir sejenak, ia menolak tawaran Lia. Titin tidak mau merepotkan keluarga Lia. Lagipula, orang tua Titin pun pasti tidak setuju.

"Buku apa, sih, yang dipinjam mamamu?" tanya Titin kemudian, berusaha mengalihkan perhatiannya.

"Buku kerajinan tangan dari bahan bekas. Bagus-bagus deh. Cara membuatnya juga mudah." Jawab Lia sambil memperlihatkan buku tantenya.

Titin senang sekali melihat berbagai hasil kerajinan tangan yang ada di buku itu. Tiba-tiba ia mendapat ide yang cemerlang.

"Lia, boleh aku pinjam buku ini?" tanya Titin.

Lia berpikir sejenak.

"Mmm, sebaiknya buku ini kita antar dulu ke rumah tanteku. Nanti di sana kamu bisa meminjamnya pada tanteku," ujar Lia kemudian. Titin setuju. Tentu saja, tante Lia mau meninjamkan buku itu kepada Titin.

Esok harinya, pulang sekolah, Titin langsung masuk kamar. Ia lalu sibuk mengumpulkan kain-kain bekas dan beberapa botol bekas air mineral. Ia juga membolak-balik halaman buku kerajinan tangan milik tante Lia.

Sepanjang hari Titin berada di kamar. Ia hanya keluar jika ingin makan atau ke kamar kecil. Wajah Titin tampak begitu ceria. Ibu Titin agak bingung. Ia mengira Titin akan bersedih karena ulang tahunnya tidak dirayakan, tetapi Titin kelihatan begitu gembira.

Dengan cemas, Ibu membuka pintu kamar Titin pelan-pelan. Oo, tampak Titin sedang menggunting-gunting kain warna-warni dan menempelkannya di beberapa botol kosong. Ibu pikir Titin sedang mengerjakan tugas prakarya sekolah. Ia membiarkan Titin dengan kesibukannya.

Tak terasa waktu terus berjalan. Hari ulang tahun Titin pun tiba. Pulang sekolah, Titin agak kecewa karena ia tidak melihat kue ulang tahun dan hiasan warna-warni di rumahnya. Tetapi Titin berusaha berbesar hati. Bahkan Titin kini merasa bahagia karena ia tidak merepotkan orang tua. Ia juga senang karena adiknya akan segera masuk sekolah. Ah, pasti adikku lucu sekali di hari pertama sekolahnya, gumam Titin.

Malam harinya, Titin meminta Ayah, Ibu, dan Adik berkumpul di ruang tamu. Setelah semua berkumpul, Titin meminta semua berdoa untuk kebahagiaan keluarga. Titin lalu masuk ke kamarnya dan kembali ke ruang tamu sambil membawa 3 bungkusan.

"Ini untuk Ayah, ini untuk Ibu, dan ini untuk Adik," Titin memberikan tiga buah bungkusan.

Adik Titin girang sekali. Ia langsung membuka bungkusan itu. "Oho, boneka beruang. Lucu sekali. Terima kasih, Kak," ucapnya sambil melompat-lompat.

Ayah dan Ibu agak bingung sejenak. Mereka langsung membuka bungkusan masing-masing. Ow, Ayah mendapat wadah alat tulis. Ibu juga sangat gembira, karena mendapat wadah kosmetik.

Mata Ibu berkaca-kaca. "Memang kami yang mendapat hadiah, Tin? Ini kan, hari ulang tahunmu. Seharusnya kami yang memberikan kado untukmu," ucap Ibu. Titin tersenyum.

"Hari ini hari ulang tahunku. Berarti hari bahagia buatku. Jadi aku harus membagi kebahagiaanku kepada Ayah, Ibu, dan adik kecilku. Kata guru agama di sekolah, memberi lebih baik daripada meminta. Aku tidak boleh mengharapkan kado dari orang lain. Sebaiknya aku yang memberi kado kepada orang agar ulang tahunku lebih berguna," lanjut Titin.

"Kado-kado ini aku buat dengan meniru contoh dari buku milik tante Lia."

Ayah dan Ibu berpandangan penuh haru. Anak perempuan mereka begitu manis dan baik hati.

"Oh ya, kebetulan tadi Ibu beli abon di pasar. Kita makan nasi goreng abon ya," kata Ibu sambil berjalan menuju dapur.

"Horeee!" teriak adik Titin girang. Nasi goreng buatan Ibu enak sekali.

Sebelum makan mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Ternyata hari ulang tahun Titin jadi meriah juga meskipun tidak ada kue ulang tahun dan hiasan warna-warni.