Kekhawatiran Utama Ortu Menurut Studi: Anak Tak Punya Skill untuk Masa Depan.

Kekhawatiran Utama Ortu Menurut Studi: Anak Tak Punya Skill untuk Masa Depan.

Sistem pendidikan dapat berubah menurut zaman karena kemajuan teknologi. Hal ini ternyata menimbulkan rasa khawatir bagi orang tua, terutama terhadap masa depan anak-anaknya, Bunda.

Menurut studi HP New Asian Learning Experience 2021, 58 persen orang tua khawatir anaknya tidak memiliki keterampilan atau skill untuk pekerjaan di masa depan. Studi yang dilakukan di lima kota besar di Indonesia ini menyasar orang tua milenial.

Menurut Business Personil System Category Head HP Indonesia, Frans Adiredja, dari studi ini, mereka menemukan kesamaan tentang bagaimana orang tua mendefinisikan pembelajaran dan penekanan masa depan anak-anaknya. Para orang tua ternyata tidak ingin stabilitas emosi anak-anaknya terganggu.

"Sekitar 97 persen orang tua menganggap penting atau sangat penting bagi anak untuk menerima pendidikan komprehensif. Artinya, pendidikan ini tidak sebatas akademis, tapi juga melibatkan pengembangan keterampilan kritis, pemecahan masalah, softskill, intrapersonal, dan lainnya," kata Frans dalam acara HP New Asian Learning Experience Media Roundtable via Zoom, Rabu (9/9/22).

"Sementara itu, 68 persen orang tua percaya, kurikulum di Indonesia harus lebih menekankan pengembangan kreativitas," sambungnya.

Frans menjelaskan, para orang tua dalam studi juga yakin anak-anaknya perlu pemahaman tentang pengetahuan dan konteks, sehingga bisa diaplikasikan di kehidupan nyata. Mayoritas orang tua paham tentang pentingnya pendidikan, tapi 50 persen masih khawatir apakah anak akan mendapatkan pendidikan dari kurikulum yang ada saat ini.

"Mereka merasa ini adalah tanggung jawab mereka untuk memastikan anak bisa berhasil di dunia pendidikan dan masa depannya," ujar Frans.

Survei juga menjelaskan tentang indikator yang digunakan orang tua untuk menentukan anak mereka benar-benar belajar, Bunda. Hasil temuan cukup mengejutkan karena nilai ujian tak lagi menjadi faktor penentunya.

Nilai tak jadi indikator utama anak benar-benar belajar Studi HP New Asian Learning Experience 2021 mengungkapkan, indikator yang digunakan orang tua untuk menentukan anak mereka benar-benar belajar adalah saat anak memiliki ide kreatif dan orisinil (94 persen). Lalu sebanyak 92 persen indikatornya adalah kemampuan menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Temuan menarik dalam studi adalah nilai ujian anak yang tidak dijadikan indikator, Bunda. Hanya 68 persen orang tua menganggap nilai ujian menjadi faktor penentu anak mereka benar-benar belajar lho.

Pendidikan komprehensif memang penting untuk masa depan anak. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis dan mengaplikasikan teori di dunia nyata.

"Kalau dibilang komprehensif, memang bukan urusan anak mengerti teori lagi, karena konten bisa didapat dari mana-mana. Jadi gimana mereka harus bisa mengaplikasikan ke dunia nyata, gimana ketika mereka kerja, itu bisa mereka adaptasi," kata Psikolog & Co-Founder TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima M.Psi.

"Yang penting bukan cuma nilai saja, tapi kemampuan anak berpikir kritis dan kreatif, serta empati dan kolaborasi adalah skill yang akan dibutuhkan oleh anak," sambungnya.


*dikutip langsung dari Haibunda.com