Pendekar Sejati Bukit Matahari

Cerita Rakyat dari Sumatera Utara

Oleh Salsa Putri Sadzwana

Fajar baru saja tiba. Matahari mulai menampakkan dirinya di kaki cakrawala. Semburat sinarnya yang kuning keemasan mulai menerangi seluruh alam. Bari, bocah berusia sepuluh tahun itu mulai menuruni tangga Omo Hada miliknya. Omo Hada adalah rumah adat khas suku Nias yang terdapat di Desa Bawomataluo.

Pagi ini, ia berniat menjumpai Ina yang tengah sibuk menumbuk padi di dalam lisung batu. Ia sudah tak sabar ingin memulai hari-hari barunya di Tano Niha, sebutan suku Nias untuk menyebut kampung halaman mereka, Tanah Nias. Ia yakin hari ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menyapa dunia barunya ini. Sejak kedatangannya sebulan yang lalu, ia sama sekali belum pernah ke luar rumah walaupun hanya sekadar bercengkrama dengan keluarga barunya.

“Bari! Mau ke mana kau? Siapa yang suruh kau ke luar rumah?” teriak Ina yang langsung meletakkan alu, alat untuk menumbuk padi di dalam suatu wadah yang biasanya disebut lisung batu. Ia bergegas menarik Bari kembali ke dalam Omo Hada mereka.

“Tapiii Inaa…”

Bari pasrah. Ina tetap membawanya kembali ke dalam Omo Hada. Tak peduli ia terus mengerang kesakitan karena cengkeraman tangan Ina yang begitu kuat terhadap lengannya. Sejurus kemudian, Ina langsung mendudukkan Bari di atas kursi kayu. Dorongan tangan Ina yang begitu kuat membuat tubuh Bari terhempas begitu saja di atas kursi kayu itu.

Sumber:

“Pendekar Sejati Bukit Matahari”. Kemdikbud.go.id, https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/ceritarakyat/8f85517967795eeef66c225f7883bdcb-baca