Dongeng rakyat Onak Berduri Sungsang asal Bengkulu
Dongeng rakyat berikut berjudul Onak Berduri Sungsang dari buku 120 Cerita Nusantara, penerbit Gramedia (2019).
Zaman dahulu hiduplah
dua orang hulubalang bernama Serunting Sakti dan Rio Tabing. Masing-masing
memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, namun keduanya tidak dapat hidup
rukun.
Mereka sering
bertempur hebat. Awalnya mereka mengerahkan pasukan dan rakyat. Namun sampai
banyak korban berjatuhan, pertempuran itu belum juga menampakkan tanda akan berakhir.
“Sebaiknya kita
bertempur satu lawan satu.” Tantang Serunting Sakti.
“Siapa takut?!” jawab
Rio Tabing sengit.
Keduanya mempersiapkan
diri, memohon kesaktian kepada Dewa Tenaga dan pikiran dipusatkan. Ledakan
terjadi di udara bersamaan dengan kesaktian keduanya bertemu di satu titik di
angkasa.
“Dewa, aku mohon
tambahkan kesakitan kepadaku!” seru Rio Tabing. Dewa pun memberikan kesaktian
kepadanya. Akibatnya tenaganya bisa mengubah tanah datar menjadi
berbukit-bukit.
Apa pun yang
dilewatinya menjadi rusak binasa, duri dan onak menjadi sungsang atau terbalik.
Rio Tabing pun membuat batas kekuasaannya.
“Inilah batas
kekuasaanku. Semua keturunan Serunting Sakti akan binasa jika melewatinya!”
seru Rio Tabing. Selesai Rio Tabing mengucapkan hal itu, alam berubah menjadi
tenang.
Pertempuran Serunting
Sakti dan Rio Tabing terhenti. Perkelahian usai. Tidak ada yang kalah maupun
menang. Mereka bersama-sama menanggung kerugian besar karena kedua wilayah
mereka sama-sama hancur.
Batas wilayah
kekuasaan yang dibuat Rio Tabing itu kini disebut sebagai daerah Onak Berduri
Sungsang.