Cerita rakyat Ayam dan Ikan Tongkol asal Kepulauan Riau

Cerita rakyat berjudul Ayam dan Ikan Tongkol berikut dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler Sepanjang Masa, penerbit Cikal Aksara (2016).

Dahulu kala di Kepulauan Riau, ikan tongkol dan ayam bersahabat erat. Mereka saling membantu satu sama lain. Sampai suatu hari, Raja Ayam memberitahukan kepada Raja Tongkol bahwa ada keluarga nelayan yang akan menikahkan anaknya dan mengadakan pesta besar-besaran.
“Jangan lupa sahabatku Raja Tongkol, kau harus datang bersama rakyatmu ke pesta besok malam. Kalian pasti akan sangat menikmatinya.” Ujar Raja Ayam.

“Baiklah, aku dan rakyatku akan dengan senang hati melihat pesta itu. Tetapi aku butuh bantuanmu, Raja Ayam sahabatku.” Jawab Raja Tongkol.

“Bantuan apa itu? Dengan senang hati aku akan membantumu.”

“Kami akan datang nanti malam saat air laut pasang. Namun kami harus kembali sebelum terbit matahari, sebelum air laut surut. Jadi kalian jangan lupa untuk berkokok untuk memberi tanda waktu bagi kami,” Raja Tongkol menjelaskan permintaannya.

“Tentu saja kami akan melakukannya.” Raja Ayam menyanggupi.

Keesokan harinya, pesta itu mulai digelar. Bulan purnama bersinar sangat terang. Air laut pun naik. Saat itulah rombongan rakyat tongkol datang. Mereka bersembunyi di karang-karang, tak jauh dari panggung utama.

Semua larut dalam acara yang indah ini diiringi dengan suara rebana yang bertalu-talu. Rakyat tongkol pun sangat menikmati. Malam semakin larut, rakyat tongkol pun enggan beranjak dari pesta. Masalahnya, warga pantai dan para tongkol yang tertidur, Raja Ayam dan rakyatnya juga ikut pulas.

Celaka! Air laut mulai surut, tapi tidak ada satupun ayam yang berkokok! Saat matahari sudah terbit, satu per satu ikan mulai bangun. Betapa kagetnya mereka melihat pantai mulai mongering.

“Oh tidak! Air laut sudah surut! Kemana ayam jantan yang bertugas berkokok membantu rakyat tongkol?” para tongkol pun mulai panik. Mereka terjebak di karang-karang yang sudah kering. Sebagian tongkol melompat-lompat, berusaha kembali ke pantai yang berair. Namun hanya sedikit yang berhasil, salah satunya Raja Tongkol.

Ketika hangatnya sinar matahari mulai menusuk kulit, Raja Ayam baru terbangun. Diikuti oleh ayam-ayam yang lain. “Ya ampun! Ternyata hari sudah pagi. Bagaimana dengan nasib rakyat tongkol?” pikir Raja Ayam kebingungan dan panik.

Tak lama warga yang tinggal di pinggiran pantai pun mulai terbangun. Mereka sangat terkejut melihat banyak sekali ikan tongkol menggelepar-gelepar di karang-karang sepanjang pantai. Mereka lalu beramai-ramai menangkap ikan-ikan itu dan menampungnya di ember untuk dibawa pulang.

Melihat rakyatnya ditangkapi oleh orang-orang, Raja Tongkol sangat marah. Ia pun mengucapkan sumpah untuk Raja Ayam dan rakyatnya “Persahabatan kita sudah selesai, Raja Ayam! Mulai sekarang kami rakyat tongkol akan memakan semua rakyat ayam, terutama kalian, ayam jantan!” Raja Tongkol berseru.

Sejak saat itu, ikan tongkol dan ayam menjadi musuh abadi. Mulai saat itu, para nelayan di sekitar pantai wilayah Riau kerap menggunakan umpan bulu ayam untuk memancing ikan tongkol.