Biarkan Si Cuwit Terbang Bebas!
Biarkan Si Cuwit Terbang Bebas!
Ketika liburan di rumah nenek, Cica selalu menyempatkan berjalan pagi di sekitar rumah. Udara pagi yang sejuk di kaki gunung tidak dirasakannya ketika ada di rumahnya, di Jakarta. Oleh karenanya, Cica tidak mau melewatkan kesempatan berharga tersebut. Ia selalu bangun sebelum matahari terbit. Kadang-kadang, kakek menemani Cica berjalan pagi. Tetapi hari ini kakek harus mengantar telur ayam ke pasar sehingga tidak bisa menemaninya.
Cica berjalan di antara rimbun pohon dan wangi bunga di pagi hari. Semalam hujan cukup deras, sehingga wangi daun dan tanah basah terasa sangat segar di pagi ini. Sesekali Cica berhenti memungut doun atau bunga jatuh yang bentuknya menarik. la suka menyimpan daun dan bunga di dalam tumpukan buku tebal. Setelah kering nanti, Cica menjadikannya pembatas halaman buku yang unik. Tiba-tiba dilihatnya seekor burung kecil mencicit di bawah pohon pinus. Mengapa ia ada di sini? Oh, kelihatannya burung itu sakit. la tidak bisa terbang. Sayapnya luka! Perlahan Cica mengambil burung itu dengan kedua tangannya. To segera pulang ke rumah nenek. Ia berjalan hati-hati. la takut menyakiti si burung kecil.
Sampai di rumah, Cica memanggil nenek. la menceritakan temuannya. Nenek mengajarkan Cica untuk membuat susunan ranting dan daun kering di teras belakang rumah. Mudah-mudahan burung kecil betah tinggal di atas ranting seperti di sarangnya. Cica memberinya nama Si Cuwit. Seharian Cica sibuk mengurus si Cuwit. Diberinya Cuwit minum, dicarikannya makanan untuk si Cuwit. Senang sekali hati Cica melihat Cuwit mau makan biji-bijian dan ulat yang dicarinya. Cica juga merawat luka di sayap Cuwit dengan hati-hati. Ia tidak ingin merusak sayap Cuwit.
Sejak hari itu Cico seperti punya teman boru. Pagi-pagi dibawanya si Cuwit dalam keranjang kecil, berjalan-jalan menikmati udara pagi. Di rumah, hari-harinya pun sibuk dengan mengurus si Cuwit. Hari demi hari, kondisi Cuwit semakin baik. la mulai bisa menggerakkan sayapnya. Cica senang, namun juga berdebar. Sebentar lagi liburan usai, Cica akan pulang ke Jakarta. Ingin rasanya ia membeli sangkar untuk si Cuwit, ia takut si Cuwit akan pergi. Cica takut tidak berjumpa lagi dengan si Cuwit, burung kesayangannya. Tetapi nenek mengingatkan. Rumah burung bukan di dalam sangkar. Rumah burung seharusnya di antara dahan pohon, di alam bebas. Di dalam sangkar Cica memang akan bertemu si Cuwit setiap hari. Namun mungkin si Cuwit tidak bahagia. Mungkin si Cuwit menjadi tidak sehat. Apa gunanya sayap yang bisa digerakkan. bebas, jika si Cuwit tidak bisa terbang bebas di antara pohon-pohon yang tinggi?
Cica merenung. Nenek benar. Si Cuwit harus dikembalikan ke alamnya. Esok paginya Cica membawa si Cuwit ke tempat ia menemukannya minggu lalu. Diletakkannya si Cuwit di antara dahan pohon. Ia berbisik pelan. "Selamat menikmati alam bebas, Cuwit. Semoga kita bertemu lagi di sini ketiko liburan mendatang, yo." Cica pulang ke rumah nenek dengan hati lega. la senang. Ia telah mengembalikan kebebasan si Cuwik.