Legenda Batu Babi dan Anjing
Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah
Oleh Noorhadi
Terlihat sebuah jukung membelah air. Seorang laki-laki dengan
tenang mengayuh dayung. Laki-laki itu berumur kira-kira 30 tahun. Wajahnya
memperlihatkan ketenangan. Matanya teduh, meskipun tampak kelelahan samar di
wajahnya.
Seekor anjing tegak berdiri di ujung depan perahu mengamati
sekeliling dengan ekor mengibas ke kiri kanan, layaknya seorang panglima yang
mengawasi anak buahnya. Anjing itu bangga karena menjadi pengawal bagi tuannya.
Senja keemasan segera menghilang dari langit saat perahu kecil
itu menepi ke daratan. Dengan lompatan kecil, anjing tadi mendarat dengan mulus
di atas tanah. Sementara, laki-laki itu naik ke daratan lalu menarik perahu ke
daratan dan mengikatkan tali yang terkait di perahu ke sebuah tonggak kayu yang
sengaja ditancapkan di pinggir danau itu.
Danau Sembuluh namanya, sebuah danau yang cukup luas dan dalam.
Berbagai macam ikan hidup di dalamnya sebagai sumber penghidupan penduduk di
sekitarnya. Secukupnya untuk keperluan sehari-hari, selebihnya dijual dalam
keadaan segar dan dijemur untuk dijadikan ikan kering berlumuran garam.
Sebuah rumah berdiri tak jauh dari tepi danau yang dihuni oleh
seorang laki-laki dan anjingnya. Tampak rumah itu sudah sangat lama didirikan.
Terlihat beberapa lubang di dinding yang terbuat dari papan kayu dan warna
kayunya pun sudah berubah. Lapuk. Rumah panggung berdinding papan dan beratap
daun rumbia. Rumah yang tidak terawat. Bertebaran daun kering di halaman depan,
samping maupun belakang.
Sumber:
“Legenda Batu Babi dan Anjing”. Rumah Belajar, http://118.98.228.242/product.php?id=NWQxNTY0NzQ1NWJmMWY2NjBiOGQ0MzBj.
Diakses pada 10 Maret 2023