Putri Pukes dan Danau Laut Tawar
Di dataran tanah Gayo, hiduplah seorang putri raja bernama Putri Pukes. Sang Putri menyukai seorang pangeran dari kerajaan lain. Semula, kedua orang tuanya tidak merestui, karena negeri tempat tinggal pangeran itu jauh. Namun, karena kegigihan Putri Pukes dan Sang Pangeran, orangtua sang Putri pun merestui dan menikahkan mereka.
Setelah menikah, tibalah saatnya Putri Pukes harus
menyusul suaminya. la pun pamit kepada orangtuanya untuk pergi ke kerajaan
suaminya. Orangtua Putri Pukes sangat bersedih, tetapi mereka harus melepas
anaknya itu pergi.
"Pergilah, Nak, bersama para pengawal. Namun,
satu hal yang harus kau jaga, begitu melangkahkan kaki keluar dari kerajaan
ini, sekali pun janganlah menoleh lagi ke belakang," pesan orangtuanya.
Putri Pukes pun berangkat bersama para
pengawalnya. Di tengah jalan. ia selalu teringat akan orang tuanya dan sangat
merindukan mereka. Karena ia terlalu bersedih, tanpa sengaja ia menoleh ke
belakang.
Tiba-tiba, datanglah petir menyambar dan hujan
yang sangat lebat. Putri Pukes dan rombongannya berteduh di dalam sebuah gua.
Di dalam gua, Putri Pukes berdiri di sudut gua untuk menghangatkan tubuhnya
yang kedinginan. Perlahan, sang Putri merasa tubuhnya mengeras. Putri Pukes
sangat terkejut dan menangis.
Ternyata tubuhnya menjadi batu la menyesal karena
tidak mengindahkan pesan orangtuanya. Seharusnya, la tidak menoleh ke belakang
selama perjalanan. Setelah merasa cukup lama beristirahat dan hujan mulai reda,
mereka berniat melanjutkan perjalanan. Para pengawal pun memanggil Sang Putri.
"Tuan Putri! Hujan sudah reda, mari kita
melanjutkan perjalanan!" panggil para pengawal. Berkali-kali mereka
memanggil, tetapi tetap tidak terdengar jawaban.
Para pengawal pun menghampiri tempat Putri Pukes
berdiri. Mereka terus memanggil, tetapi sang Putri diam saja. Saat melihat
dengan jelas, para pengawal sangat terkejut karena tubuh Putri Pukes telah
mengeras dan menjadi batu. Sampai sekarang, batu Putri Pukes masih bisa dilihat.
Bentuknya membesar di bagian bawah, tetapi bentuk
sanggul dan kepala Sang Putri masih bisa dikenall. Menurut kepercayaan
penduduk, batu tersebut membesar di bawah karena Putri Pukes terus menangis
yang menyebabkan air matanya menumpuk di bawah.
Sementara itu, karena hujan yang sangat lebat,
terbentuklah danau di kawasan itu. Penduduk sekitar menyebut danau tersebut
dengan nama Danau Laut Tawar.
Pesan moral dari cerita di atas adalah, patuhilah
pesan orang tua kita, karena itu semua pasti demi kebaikan kita.