Cerita Rakyat Tempurung Kura-kura (Bruek Kura)
Dongeng dari Aceh ini termuat di Cerita Rakyat Aceh: Aceh, Indonesia, dan Inggris terjemahan Muhibbudin (2014).
Cerita rakyat dari
Aceh Tempurung Kura-kura berkisah tentang suami-istri yang bersedih karena
tidak kunjung punya buah hati. Keterpurukan itu tidak
memberhentikan niat mereka untuk memperoleh anak. Pasangan ini bahkan sampai
berdoa ingin diberikan buah hati meskipun “mirip kura-kura”. Doa itu akhirnya
terkabul. Lahir sosok anak bertempurung, menyerupai kura-kura.
Setelah dewasa, pria bertempurung
itu punya keahlian memancing. Ia hampir seminggu mencari ikan dan setiap
harinya mengirim hasil tangkapan kepada raja setempat.
Suatu hari, dia menyuruh ibunya
untuk melamar putri raja, tetapi mengalami penolakan. Saat kesempatan kedua
datang, ternyata putri raja menerima lamaran pria tempurung. Akan tetapi, raja
tidak merestui hubungan mereka.
Akibatnya, mereka hanya menempati
sebuah gubuk. Keajaiban anak bertempurung kura-kura ternyata ada. Ia bisa
memperoleh harta, tanah, dan segala hal berharga.
Namun demikian, putri raja selaku
istri tidak pernah mengetahui dari mana kekayaan itu muncul. Hingga pada suatu
hari, ia memergoki suaminya yang sedang menyembunyikan tempurung, kemudian
pergi ke pasar.
Tempurung itu disembunyikan oleh
putri raja, sehingga anak bertempurung yang menjadi manusia secara utuh
mengalami kebingungan. Kisah pun dilanjutkan dengan pengakuan tentang wujud dan
asal harta kekayaan yang selama ini muncul. Harta kekayaan mereka lantas terus
meningkat sampai bisa menyaingi barang-barang dan tanah kerajaan.
Cerita rakyat dari Aceh di atas
menyiratkan pesan moral untuk tidak memandang sebelah mata orang lain
berdasarkan status ataupun wujudnya. Kita dapat bercermin dari tokoh putri raja
yang mau menerima kekurangan pria bertempurung.
Selain itu, kebohongan juga
sebaiknya jangan pernah dilakukan karena harus disambung bualan lain. Kejujuran
lebih penting agar semua pihak tidak merasa saling dibohongi.