Hidup adalah tuntutan untuk membunuh diri sendiri
karya Haninaturrahmah S.Pd Hidup adalah tuntutan untuk membunuh diri sendiri
Bertahun-tahun lalu Nietsczhe berbicara tentang Tuhan dan kehidupan
Aku tahu ia menulis dalam keadaan frustasi terhadap sakit yang dideritanya. Aku bisa mengatakan bahwa itu adalah harga yang harus ia bayar atas hidup yang ia kritisi.
Memang, hidup selalu merupakan hukuman sekaligus penghormatan
Ia dihukum untuk kebenaran yang ia utarakan.
Kesalahan kecil yang ia perbuat adalah, ia kurang cerdas bernegosiasi dengan kegelisahannya.
Jangankan seorang anti Tuhan, orang sekaliber Muhammad pun harus membayar kebenaran dengan jutaan penghinaan.
Namun ketahuilah, bahwa kebenaran tak pernah berpindah tempat.
Orang dungu menilai kalau kau adalah seorang filosof yang gagal, dengan berkata bahwa Tuhan telah mati. Tapi sesungguhnya kau tengah mengkritisi praktek hidup manusia yang bergerak masif pada pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan. Bukan kah begitu?
Tapi aku Nietsczhe, ,
Sadar bahwa tengah mengalami pergolakan hebat.
Memilih antara kepatuhan dengan mempertahankan nilai diri adalah ujian berat yang sedang kuhadapi
Kau tentu tahu, alam realitas ini penuh dengan cover dan polesan
Kata-kata ini pun cover. Nilainya ada di dalam kalbuku.
Mengapa perubahan ini semakin tak terkendali ?
Beberapa dasawarsa yang lalu orangtua menilai gila bila anaknya menjadi pegawai negeri negeri. Kau tentu tahu keadaan sekarang. Orang-orang banyak yang menjual nilai demi menjadi pegawai. Pegawai adalah profesi yang paling prestisius sekarang setelah politisi. Menjadi pegawai adalah anugerah. Meski sejatinya pegawai adalah kata lain dari budak. Kalau dulu adalah budaknya Belanda, maka sekarang adalah budaknya pemerintah yang imoral. Belum lagi bagi orang yang menganggap bahwa menjadi pegawai artinya masa depan kita sudah terjamin. Bukankah itu sama artinya kita tidak menempatkan Allah sebagai zat yang maha menjamin hidup umat manusia? Kenapa harus menyandarkan segalanya pada pekerjaan?
Tidak salah kalau ABB mengecam mereka sebagai "kacung"
Itu baru dari sisi niat. Belum sumber gaji yang diperoleh. Mu'alimku pernah bilang dulu, " jangan kalian bercita-cita menjadi PNS. Karena gaji yang diperoleh PNS adalah dari hasil pajak negara. Bayangkan kalau aku harus setiap detik membunuh diriku sendiri demi materi yang tak jelas asal muasalnya. Bisa jadi gaji yang diberikan adalah hasil dari jerih payah kaum buruh yang ditalang paksa, atau malah uang pajak pedagang kaki lima yang bahkan tak cukup untuk membeli beras. Menyedihkan sekali.
Beri tahu aku!!