7 Cara Menghadapi Tantrum pada Anak
7 Cara Menghadapi Tantrum pada Anak
Tantrum adalah salah satu hal yang wajar terjadi saat masa tumbuh kembang anak, khususnya anak yang masih berusia di bawah 5 tahun. Dalam bahasa sederhana, tantrum bisa dipahami sebagai kondisi di mana seorang anak marah-marah, menangis, mungkin juga berteriak histeris, dan sulit untuk bisa dihentikan.
Melansir Parents.com, (2/11/2021), Psikolog Klinis Ray Levy menyebut, tantrum terjadi pada usia dini, yakni 1-4 tahun. "Anak-anak kecil, yaitu mereka yang berusia antara 1- 4 tahun keterampilan koping (mengatasi suatu masalah) belum berkembang dengan baik. Mereka cenderung marah-marah begitu saja," kata Levy.
Apa itu tantrum? Apa penyebabnya? Bagaimana cara menghadapi anak yang mengalami tantrum?
Penyebab tantrum
Sebelum mengetahui bagaimana cara mengatasinya, kita harus paham terlebih dahulu apa yang menyebabkan anak mengalami tantrum. Levy menjelaskan, tantrum disebabkan oleh alasan sederhana, yakni anak tidak mendapat apa yang diinginkannya.
"Pada balita usia 1-2 tahun, tantrum ini biasanya wujud dari keinginan untuk meminta tambahan susu, diganti diapers, atau meminta diambilkan mainan yang jauh dari dirinya, tapi mereka belum punya kemampuan untuk mengkomunikasikannya," ungkap Levy.
Hal itu membuat anak-anak frustasi, terlebih ketika orangtua tidak merespons dan memberikan apa yang diminta.
"Tapi untuk anak usia 3-4 tahun, mereka sebenarnya sudah jauh lebih mandiri, sudah tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya," sebut Lavy.
Lalu, tantrum menjadi jalan bagi balita ini untuk makin menegaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Jika tidak dituruti, maka tantrum akan semakin menjadi.
Mengutip Mayo Clinic, (5/11/2020), pada intinya tantrum terjadi akibat seorang anak merasa frustrasi akan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, menyebabkan anak tidak bisa melakukan sesuatu yang diinginkan.
Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi anak yang sedang tantrum?
Cara menghadapi tantrum pada anak
Berikut 7 di antaranya:
1. Abaikan Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengabaikannya dan tidak memberi anak perhatian yang justru akan semakin meningkatkan kemarahannya. Tindakan mengabaikan ini baik dilakukan selama anak tidak berada dalam situasi membahayakan dirinya. Diamkan anak barang sejenak. Tinggalkan dia. Datangi kembali beberapa waktu kemudian.
2. Tangani perilaku agresifnya Jika anak Anda melakukan sesuatu yang sifatnya agresif, misalnya menendang, memukul, membanting, melempar, dan sebagainya, tangani perilaku itu dengan segera. Beritahukan dengan cara lembut bahwa menyakiti orang lain adalah tindakan yang tidak baik dan tidak disukai semua orang. Dalam kondisi ini, orangtua dilarang menggunakan tindakan keras yang menyakitkan, karena tidak akan efektif untuk mengatasi tantrum.
3. Tahan, jangan teriak Anda adalah contoh bagi anak Anda dalam mengatasi amarahnya. Jika anak mencontoh teriakan Anda saat menghadapi masalah, maka cara yang sama akan diimitasi oleh anak. Ketika mereka sedang menghadapi Anda, anak akan menyamakan tinggi suaranya demi bisa terlibat dalam komunikasi yang setara. 4. Biarkan dia marah Terkadang anak hanya perlu melampiaskan amarahnya. Jadi, biarkan saja dia marah, selama tidak melakukan hal yang membahayakan diri mereka. Cara ini diyakini dapat membantu anak-anak belajar melampiaskan amarah dengan cara yang tidak merusak dan mengendalikan diri tanpa harus adu mulut dengan orangtuanya. 5. Beri dia perintah dengan kalimat singkat dan jelas Anak-anak terkadang sulit memahami ucapan orangtuanya yang bertele-tele, apalagi saat terjadi tantrum. Salah satu cara untuk mengalihkan perhatiannya adalah dengan mengajaknya melakukan sesuatu di luar amarahnya. Tapi, ajakan itu harus disampaikan dengan kalimat yang lugas. Misalnya, "ayo mewarnai gambar!", "ayo menyiram bunga", dan sebagainya.
4. Biarkan dia marah Terkadang anak hanya perlu melampiaskan amarahnya. Jadi, biarkan saja dia marah, selama tidak melakukan hal yang membahayakan diri mereka. Cara ini diyakini dapat membantu anak-anak belajar melampiaskan amarah dengan cara yang tidak merusak dan mengendalikan diri tanpa harus adu mulut dengan orangtuanya.
5. Beri dia perintah dengan kalimat singkat dan jelas Anak-anak terkadang sulit memahami ucapan orangtuanya yang bertele-tele, apalagi saat terjadi tantrum. Salah satu cara untuk mengalihkan perhatiannya adalah dengan mengajaknya melakukan sesuatu di luar amarahnya. Tapi, ajakan itu harus disampaikan dengan kalimat yang lugas. Misalnya, "ayo mewarnai gambar!", "ayo menyiram bunga", dan sebagainya.
6. Bantu anak lakukan yang tidak bisa ia lakukan, sehingga membuatnya marah Tantrum bisa diakibatkan oleh hal sederhana. Misalnya, seorang anak ingin mengenakan sepatu, tapi ia gagal melakukannya, karena memang kemampuannya belum sempurna. Jika hal itu yang membuatnya marah, sebagai orangtua, coba lah untuk mengulang momeb tersebut dan membantunya memakai sepatu sehingga ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Meskipun dengan bantuan Anda orangtuanya, pastikan anak tetap terlibat dalam proses pengulangan ini.
7. Peluk Ini mungkin menjadi cara terakhir yang bisa Anda lakukan untuk meredakan tantrum pada anak. Pelukan dapat meredakan amarah yang tengah meluap dalam diri si buah hati. Namun, pelukan di sini adalah pelukan yang erat, bukan peluk canda yang banyak menggunakan kata-kata.
*dikutip langsung dari Kompas.com