Menemukan Dompet

Dalam waktu belakangan ini, aku sangat bingung dalam mencari pekerjaan. Berkas lamaran kerja yang telah aku masukkan ke beberapa perusahaan, masih belum membuahkan hasil yang kuinginkan.

Hari-hariku menjadi terasa hambar, tiap hari kegiatan yang kulakukan hanyalah luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku merasa kebingungan, ingin mencoba membuka usaha, tetapi modal belum ada.

Di suatu pagi yang cerah, aku berjanjian dengan teman lamaku untuk menceritakan mengenai permasalahan yang kualami ini.

Saat aku sedang berada dalam perjalanan untuk ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet berwarna cokelat yang tergeletak di samping jalan, tepatnya di trotoar.

Karena tingginya rasa penasaran, aku pun mencoba untuk memastikannya dan ternyata memang benar bahwa itu adalah sebuah dompet berwarna cokelat. Lalu, aku pun membuka isi dari dompet tersebut.

Alangkah terkejutnya diriku ketika mendapati bahwa dompet tersebut berisikan KTP, SIM, surat-surat penting, kartu kredit, kartu ATM, dan uang yang berjumlah lumayan banyak. “Wah, alhamdulillah. Rejeki nih.” Ujarku dalam hati.

Walau demikian, aku berubah pikiran dan memiliki inisiatif untuk mengembalikan dompet tersebut ke alamat pemilik yang ada di KTP tersebut. Setelah itu, aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku, lalu menceritakan seluruh permasalahan dalam hidupku.

Setelah semua urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat untuk menuju ke alamat yang tertera di dalam KTP tersebut untuk mengembalikan dompet cokelat ini.

Aku pun mencari-cari alamat dan nama dari pemilik dompet yang sesuai dengan KTP.

Setelah sampai dengan alamat yang tertera di dalam KTP, aku pun memberanikan diri untuk mengetuk dan bertanya ke orang yang berada di dalam. “Permisi pak. Mohon maaf, ingin bertanya. Apa benar ini rumahnya Pak Aan?” Tanyaku pada orang yang berada di halaman rumah itu.

“Iya benar, mas. Anda siapa? Dan sekiranya ada keperluan apa?” Jawab bapak paruh baya yang sepertiny adalah tukang kebun sembari menimpali pertanyaan untukku.

“Oh perkenalkan, saya Galih, saya ingin bertemu dengan Bapak Handy, saya memiliki urusan yang sangat penting dengan beliau.” Jawabku setelah memperkenalkan diri.

Kebetulan sekali, ternyata Pak Aan berada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam ruang tamu. Lalu aku pun duduk sembari sedikit mengagumi keindahan rumahnya.

Setelah bertemu dengan Pak Aan, aku mengatakan maksud serta tujuanku sambil menyerahkan dompet cokelat yang aku temukan di jalan, lengkap dengan semua isinya.

Karena penasaran denganku, beliau bertanya “Kamu tinggal di mana, dik? Dan kerja di mana?”

“Saya tinggal di desa Maju Sari, Pak. Kebetulan, untuk sekarang saya juga masih menganggur. Masih menunggu beberapa panggilan kerja, tetapi sudah beberapa bulan belum ada kabar, pak.” Jawabku dengan jujur.

“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya Pak Aan.

“S1 jurusan Manajemen Bisnis, pak” Jawabku.

“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya, dik. Kebetulan perusahaan sedang memerlukan staff administrasi. Ini kartu nama saya, bila adik tertarik, besok tinggal datang saja ke kantor dan bilang kalo saya yang menyuruh” Jawab Pak Aan.

“Wah ini beneran, pak?” Tanyaku yang seakan masih kurang percaya.

“Iya, dik. Saya sangat memerlukan karyawan yang jujur dan penuh dedikasi seperti kamu, jika kamu memang bukan orang yang baik, pasti uang saya yang ada di dalam dompet ini sudah kamu ambil dan tinggal buang dompetnya. Akan tetapi, kamu lebih memilih untuk mengembalikannya.” Pungkas Pak Aan.

“Jika begitu terima kasih banyak, Pa. Besok, saya akan langsung datang ke perusahaan bapak dan menyiapkan semua surat dan dokumen lamarannya.” Jawabku dengan penuh rasa semangat.

Lalu, aku pun berpamitan untuk pulang dan menyiapkan semua kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak percaya dan masih belum yakin dan merasa bahwa ini adalah suatu keajaiban.