Pendidikan di Indonesia Dinilai Masih Rendah, Apa Penyebabnya?

Pendidikan di Indonesia Dinilai Masih Rendah, Apa Penyebabnya?

Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan akan menentukan bagaimana arah dan tujuan individu di masa depan. Sama halnya dengan sebuah negara, untuk mencapai sumber daya yang berkualitas, maka dibutuhkan sistem pendidikan yang berkualitas pula. 

Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat Pendidikan”, hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap individu atau warga negara. Kualitas pendidikan ini nantinya juga akan menentukan kemajuan suatu negara.

Negara indonesia sendiri masih dikategorikan sebagai negara berkembang, namun dapat menjadi negara maju apabila sistem pendidikannya berjalan dengan baik. Sistem pendidikan di Indonesia dinilai masih cenderung rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah :

1. Perubahan Kurikulum

Di negara Indonesia, pergantian menteri pendidikan diikuti dengan perubahan kurikulum. Hal ini menjadikan sistem pendidikan di Indonesia kurang berjalan secara optimal, karena tidak ada pedoman yang pasti dalam kegiatan belajar mengajar

2. Faktor Tenaga Pendidik

Pada kenyataannya, banyak daerah-daerah pelosok di Indonesia yang masih kekurangan tenaga pendidik yang mampu dan memiliki standar kompetensi dalam bidangnya, kurangnya pemerataan tenaga pendidik ini tentunya harus menjadi perhatian serius terutama di daerah pelosok supaya tidak terjadi ketimpangan yang mencolok antara daerah pelosok dan kota.

3. Kurangnya pemerataan akses dan fasilitas pendidikan

Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang optimal tentu harus dibarengi dengan fasilitas sarana prasarana yang mendukung, namun dalam realisasinya pemerintah masih cenderung berfokus pada daerah perkotaan saja sehingga akses pendidikan di daerah pelosok atau desa masih kurang memadai sehingga dapat membatasi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas

4. Kesenjangan sosial ekonomi

Kesenjangan sosial ekonomi juga menjadi salah satu pengaruh dalam bidang pendidikan di Indonesia, karena masih banyak siswa yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah mengalami kesenjangan akses dan kesetaraan dalam hal pendidikan. Adanya gap antara siswa dari keluarga berpendapatan tinggi dan rendah inilah dapt menyebabkan banyak yang lebih memilih untuk bekerja mencari uang daripada harus menempuh pendidikan.

5. Mahalnya biaya pendidikan

Salah satu faktor yang seringkali terjadi dalam masyarakat ialah banyak orangtua yang merasa terbebani dengan tingginya biaya pendidikan. Walaupun sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan pendidikan wajib hingga 12 tahun, akan tetapi masih banyak biaya lain yang harus ditanggung para siswa. 

Biaya tersebut dapat meliputi biaya membeli seragam, peralatan sekolah, transportasi, dan lain-lain. Hal tersebut menjadi pertimbangan tersendiri bagi orangtua yang akan menyekolahkan anak-anaknya.

Meledaknya bonus demografi yang diperkirakan di tahun 2030-2040 nantinya akan menumbuhkan pertambahan jumlah penduduk usia produktif. Hal tersebut jika tidak dibarengi dengan sistem dan mutu pendidikan yang baik maka tidak akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. 

Jika mutu pendidikan di Indonesia tidak segera diperbaiki maka rencana yang dicanangkan pemerintah dalam menyambut Indonesia emas di tahun 2045 akan mengalami kegagalan. Apalagi dengan visi menuju negara maju, tentu hal ini akan sulit untuk diwujudkan.

Sistem pendidikan yang baik seharusnya dapat membekali para mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Tidak hanya diukur dari nilai yang diperoleh dari ijazah semata. 

Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi permasalahan pendidikan yang terjadi Indonesia, diperlukan kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan seluruh stakeholder pendidikan, agar bisa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berjiwa kompetitif. 

Dengan sumber daya yang unggul dalam penguasaan teknologi akan membuka lapangan pekerjaan baru sehingga angka bonus demografi dengan usia produktif menuju Indonesia emas di tahun 2045 dapat terealisasikan dengan baik dan optimal.


*dikutip langsung dari Kompasiana.com