Nyai Balau Kehilangan Anak
Nyai Balau seorang yang baik, sopan dalam bertutur kata serta santun perilakunya. Ia juga penurut serta taat kepada orang tuanya. Dia mempuyai seorang anak yang paling dia sayanginya yang sudah di kayau (dipenggal kepalanya) oleh Antang dari Juking Sopang.
Setelah
tujuh hari tujuh malam lamanya ia bertapa untuk memohon petunjuk kepada Tuhan
Penguasa Alam. Nyai Balau bertemu
seorang nenek yang bilang kalau anaknya sudah meninggal dunia.
Nenek itu kemudian menurunkan kesaktian Kepada Nyai Balau serta
memberikan sebuah selendang sakti sebagai senjata pamungkas.
Setelah sampai di rumah ia mengajak suami serta semua keluarga dan
sejumlah prajuritnya menuju Juking Sopang untuk menuntut balas atas kematian
putranya. Setibanya di Juking Sopang, Nyai Balau meminta Antang mengakui kesalahannya serta meminta
maaf.
Antang seorang yang angkuh itu
tidak mau mengakui kesalahannya. Bahkan malah menyerang Nyai Balau. Seranggannya bisa dihindari dengan mudah oleh Nyai Balau. Begitu Antang lengah Nyai Balau yang sakti itu segera melemparkan
selendangnya kearah dada Antang, seketika itu antang yang sombong jatuh
tersungkur ke tanah.
Setelah merobohkan Antang, Nyai Balau lalu
mengajak mereka untuk untuk berdamai dan membahas ketentuan adat yang berlaku
atas kejahatan pembunuhan. Ia menolak untuk membayar denda adat tersebut.
Dengan sebagian sisa tenaga yang dimiliki, ia berupa bangkit kemudian kembali
menyerang Nyai Balau.
Pertarungan sengit kembali berlangsung.
Nyai Balau yang telah muak menyaksikan kesombongan pemuda itu segera menyerang
dengan selendang saktinya. Antang pun tewas di tangan Nyai Balau.
Lalu Nyai Balau bersama suami
serta rombongannya pulang dengan perasaan lega. Sejak kejadian itu Nyai
Balau dikenal sebagai wanita sakti yang tidak sombong dan baik hati.