Legenda Ratna Ayu Wideradin dan Monyet yang Bisa Berbicara
Terdapat
kisah yang melegenda di Lombok, pada zaman dahulu ada kerajaan dipimpin oleh
Raja Indrapandita. Sang raja mempunyai 9 putri cantik, nama anak sulungnya
yakni Denda Wingit, sementara itu putri bungsu bernama Ratna Ayu Wideradin.
Sembilan
putri raja tersebut, Ratna Ayu Wideradin lah yang paling cantik. Sehingga tidak
heran jika disukai oleh semua pemuda di seluruh penjuru negeri.
Kecantikan
yang dimiliki oleh Ratna Ayu Wideradin membuat kedelapan kakaknya merasa iri,
terutama puti sulung raja yaitu Denda Wingit. Kemudian ia mengajak ketujuh
adik-adiknya untuk menyingkirkan Ratna Ayu dari istana.
Hal
itu dikarenakan para kakaknya merasa terganggu dengan keberadaannya di istana.
Karena setiap ada pangeran yang datang selalu memilih putri bungsu yaitu Ratna
Ayu Wideradin.
Kedelapan
kakaknya Ratna Ayu membuat rencana untuk menghasut sang ayah dengan fitnah
bahwa putri sulung telah melakukan tindak senonoh bersama pemuda desa.
Kedelapan kakak tersebut juga membayar pemuda desa agar mau mengaku di hadapan
sang raja.
Akhirnya
keesokan harinya pemuda bayaran datang dan mengaku telah bertindak senonoh
dengan Ratna Ayu. Raja murka dan sangat marah atas pengakuan itu.
Dari
pengakuan pemuda desa tersebut, kemudian putri ketujuh diperintahkan oleh
ayahnya untuk memanggil Ratna Ayu. Setelah Ratna Ayu datang, ayahanda
marah-marah dan mengusir putri sulung dari istana untuk tinggal di gubuk
halaman belakang.
Putri
bungsu hanya membawa pakaian yang dikenakan itu saja dan ditemani oleh inang
atau pengasuh.
Setelah
diusir dari istana, putri dijuluki Winangsia artinya putri yang tersia-sia oleh
Inang dan Winangsia mengisi harinya dengan melukis dan menulis syair. Hingga
akhirnya ia melukiskan wajahnya pada kertas dan menuliskan syair mengenai
nasibnya.
Ketika
kertas akan digulung tiba-tiba datang angin kencang dan membawa lukisan. Namun,
lukisan itu jatuh di kerajaan Jawa.
Kertas
tersebut tersangkut di pohon tempat kolam mandi pangeran Raden
Witarasari, putra sulung Raja Indrasekar yang merupakan saudara Raja
Indrapandita.
Pangeran
langsung membaca kertas itu dan mengetahui bahwa itu sepupunya. Lalu meminta
izin ke ayahanda untuk menolong Winangsia bersama adiknya Raden Kitabmuncar.
Kedatangan pangeran ke kerajaan Raja Indrapandita menyamar menjadi pedagang.
Sesampainya di sana menawarkan dagangan yang murah, lalu Pangeran Witarasari
menjelma menjadi monyet dan dibeli oleh Inang untuk diberikan pada Ratna Ayu.
Monyet
tersebut sangat pintar dan bisa berbicara. Sehingga Ratna Ayu merasa senang
mempunyai teman.
Karena
merasa iri Ratna Ayu mempunyai monyet bisa berbicara, mereka membuat rencana
untuk mengambilnya. Caranya dengan meminta ayahanda membuat acara menari para
putri raja di pendopo.
Namun
acara menari harus menggunakan pakaian bagus. Jika Ratna Ayu tidak
mengenakannya maka monyet akan menjadi milik kakaknya.
Saat
malam hari mengambil pakaian untuk Ratna Ayu, kembalinya di gubuk penyamaran
diketahui. Putri bungsu merasa senang karena ditolong oleh sepupunya.
Keesokan
harinya Ratna Ayu datang ke acara menari dengan pangeran tampan. Kedelapan
kakaknya merasa terkejut.
Pangeran
Witarasari menceritakan semua yang terjadi pada Ratna Ayu adalah ulah kedelapan
kakaknya. Akhirnya, kedelapan kakaknya dihukum oleh sang raja.
Dan
akhirnya Ratna Ayu dilamar oleh Pangeran Witarasari hingga menikah. Kedua pergi
ke kerajaan Jawa dan bahagia di sana.
Demikianlah
legenda Ratna Ayu Wideradin yang sangat memberikan banyak pelajaran. Kisahnya
mengajarkan bahwa kesabaran membawa kebahagiaan yang luar biasa.