Zubair Bin Awwam
Zubair bin Awwam adalah salah seorang pengikut setia Rasulullah. Zubair masih terhitung saudara Rasulullah. Namun, ketinggian derajatnya bukan didapat karena persaudaraannya dengan Rasul, tapi karena perjuangan dan pengabdiannya kepada Allah, Rasulullah, dan agama yang dicintainya.
Perang
Badar adalah salah satu perang terbesar yang dialami umat muslim. Kaum muslimin
yang berjumlah 317 orang keluar menuju arah Badar menghadapi pasukan musyrikin.
Jumlah kaum musyrikin saat itu ada 1000 orang. Sungguh tidak seimbang dengan
pasukan yang dimiliki umat muslimin dengan kaum kafir. Namun dengan keimanan
kepada Allah, kekuatan seorang laki-laki sama dengan kekuatan seribu orang
pasukan berkuda. Saat itu Zubair menggunakan mantel berwarna kuning. Rasulullah
menempatkan Zubair di sayap kanan pasukan, karena beliau mengetahui keberanian
dan kekuatan Zubair.
Pada
peristiwa perang Khandaq, kondisi kaum muslimin sangat buruk. Bahkan untuk
sekadar buang air kecil pun mereka tidak bisa karena ketatnya pengepungan kaum
musyrikin. Melihat situasi yang menakutkan itu tidak ada seorang pun dari kaum
muslimin yang berani keluar untuk memerangi mereka. Saat itu Zubair berdiri
lalu berkata, “Akulah yang akan keluar,
wahai Rasulullah!” maka Rasulullah saw berkata, “Demi ayah dan ibuku. Sesungguhnya setiap Nabi
memiliki hawari (pengikut setia) dan hawariku adalah Zubair.” Sejak
saat itu Zubair pun menjadi pengikut setia Rasulullah.
Zubair
sangat merindukan gugur sebagai syuhada. Karena sangat besar rasa cinta dan
kerinduannya kepada derajat gugur sebagai syuhada itu, Zubair pun menamai
anak-anaknya dengan nama-nama para syuhada. Seperti Talhah bin Abdullah, Zubair
juga merupakan orang kaya, dermawan, dan sering bersedekah. Ia serahkan semua
hartanya untuk kaum fakir sampai-sampai ia tidak meninggalkan hartanya itu
untuk dirinya sendiri.
Setelah
Utsman bin Affan wafat, terjadi perpecahan di kalangan umat muslim. Puncaknya
terjadi pada perang Jamal. Saat itu, Zubair dan Talhah berhadapan dengan Ali
bin Abi Thalib. Tiba-tiba Ali keluar dari barisan pasukan untuk menemui Zubair.
Ali mengingatkan Zubair, “Wahai Zubair,
tidakkah kamu mendengar perkataan Rasulullah yang ditujukan kepada dirimu,
‘Sesungguhnya kamu akan memerangi Ali dan (saat itu) kamu berbuat zalim
kepadanya?”
Saat
itu Zubair langsung teringat pesan Rasulullah. Ia bersama Talhah pun segera
mundur dari medan pertempuran. Namun, para pembuat fitnah menolak untuk mundur,
kecuali mereka telah melukai Zubair dan Talhah. Pertama kali mereka melukai
Talhah dan saat Zubair sedang mengerjakan salat, tiba-tiba seorang laki-laki
yang biasa dipanggil dengan nama Ibnu Jurmuz melemparkan anak panahnya ke arah
Zubair, hingga Zubair jatuh dan terluka tak berdaya.
Selanjutnya,
Ibnu Jurmuz pergi ke tempat Ali bin Abi Thalib untuk menemuinya. Ali berkata, “Sungguh aku telah mendengat Rasulullah berkata,
‘berilah kabar buruk kepada orang yang membunuh Ibnu Shafiyyah, maksudnya
Zubair bahwa dia akan masuk neraka.”
Ali
bin Abi Thalib kemudian pergi untuk melihat jenazah Zubair. Kemudian Ali
membalikkan jenazah Zubair untuk menciumnya. Ali menangis sambil berkata, “Demi Allah, sungguh dia adalah pedang Allah
yang selalu membela Rasulullah.” Jasad Zubair pun dikuburkan di
samping jasad Talhah, agar mereka dapat saling berdampingan di dalam kubur,
sebagaimana ketika berada di dunia.
Mereka telah menjadi dua
orang yang saling bersaudara, lalu mereka akan menjadi tetangga Rasulullah di
dalam surga. Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah, “Talhah dan Zubair adalah dua tetanggaku di surga.”