Kisah Sahabat Nabi yang Mulutnya Keluar Cahaya
Kisah ini sejatinya
diceritakan oleh Ali bin Abi Thalib RA. Ia bercerita, saat itu, Rasulullah SAW
mengirim pasukan untuk menyerang suatu kaum yang memusuhi kaum muslimin.
Ketika
Rasulullah tidak mendapatkan berita perkembangan keadaan pasukannya tersebut,
lalu beliau bersabda, "Andaikan ada orang yang dapat mencari kabar tentang
mereka dan memberitahukannya kepada kami."
Beberapa
saat kemudian datanglah seseorang dan mengabarkan bahwa muslim utusan beliau telah
meraih kemenangan dalam penyerangan itu. Setelahnya, saat pasukan kaum muslimin
pulang dari peperangan menuju Madinah, Rasulullah SAW dan para sahabat
menyambut mereka di dekat Madinah.
Sesampai
dekat Madinah, pemimpin pasukan, Zaid bin Haritsah turun dari untanya dan
mencium tangan Rasulullah. Rasulullah SAW kemudian merangkul dan seraya mencium
kepalanya.
Lalu,
Zaid diikuti oleh Abdullah bin Rawahah dan Qois bin Ashim. Nabi Muhammad SAW
merangkul mereka berdua.
Selanjutnya,
seluruh pasukan berkumpul di depan Rasulullah SAW. Mereka mengucapkan salam
kepada Rasulullah SAW dan beliau menjawab salam mereka. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda,
"Ceritakanlah
apa yang terjadi selama bepergian kepada saudara-saudara kalian yang berada di
sini, agar Aku memberikan kesaksian dari apa-apa yang kalian ucapkan, karena
Jibril telah memberitahukan kepadaku tentang kebenaran yang kalian
ucapkan."
Salah
seorang pasukan kemudian menjawab, "Ya Rasulullah, ketika kami berada di
dekat pasukan lawan, kami mengutus seorang mata-mata dari pihak mereka agar
memberitahukan kepada pasukan kami mengenai kondisi dan jumlah mereka. Kemudian
mata-mata tersebut menemui kami dan berkata, 'Jumlah mereka seribu orang',
sedangkan jumlah kami dua ribu orang."
"Namun
yang seribu pasukan lawan itu hanya menunggu di luar benteng kota. Sedangkan
yang tiga ribu menunggu di jantung kota. Mereka sengaja menggunakan tipu daya dengan
berbohong bahwa kekuatan mereka hanya seribu tentara supaya kami berani melawan
mereka dan memenangkan pertempuran."
Cerita
itu pun berlanjut, pasukan musuh di dalam kota kemudian menutup pintu
gerbangnya, pasukan muslim kemudian menanti di luar. Ketika malam telah tiba,
mereka tiba-tiba membuka pintu gerbang di kala pasukan muslim lelap tidur.
Namun,
hal itu terkecuali Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah, Qatadah bin Nu'man,
dan Qois bin Ashim yang sedang sibuk mengerjakan salat malam dan membaca
Al-Qur'an di empat sudut perkemahan.
Di
dalam kondisi yang gelap gulita itu, para musuh menyerang kaum muslim dan
mereka menghujani mereka dengan panah hingga mereka tidak mampu menghalau
karena gelapnya malam. Di tengah kekacauan tersebut, tiba-tiba kaum muslim
tersebut melihat cahaya yang datangnya dari pembaca Al-Qur'an.
Cahaya
seperti api mereka saksikan keluar dari mulut Qais bin Ashim, dan keluar cahaya
seperti bintang kejora keluar dari mulut Qatadah bin Nu'man. Lalu, dari mulut
Abdullah bin Rawahah keluar sinar seperti cahaya rembulan dan keluar sinar
seperti cahaya Matahari dari mulut zaid bin Haritsah.
Keempat
cahaya itulah yang menerangi muslim dan membuat gelapnya malam berubah seperti
hari masih siang. Akan tetapi musuh kaum muslim tetap melihat seakan masih
dalam keadaan kegelapan.
Sang
panglima perang, Zaid bin Haritsah, kemudian memimpin pasukan muslim memasuki
daerah lawan. Pasukan muslim dapat mengepung, membunuh sebagian mereka dan
menawan mereka. Selanjutnya mereka mampu memasuki jantung kota dan mengumpulkan
ghanimah perang.
"Wahai
Rasulullah, yang membuat kami sangat heran adalah cahaya yang keluar dari
keempat sahabat tersebut, dan kami tidak melihatnya sebelumnya. Cahaya dari
mulut mereka itu mampu menerangi kami sehingga kami menang dan menebarkan
kegelapan bagi musuh-musuh." terang salah satu pasukan itu.
Begitulah
kisah sahabat nabi yang mulutnya keluar cahaya yang diduga karena keempat
sahabat tersebut adalah pembaca Al-Qur'an yang taat beribadah kepada Allah SWT. Wallahua'lam.