Legenda Gunung Arjuna
Dalam cerita pewayangan masyarakat Jawa, dikenal dengan Pandawa, yang secara harfiah berarti anak Pandu. Jadi, Pandawa adalah putra dari Pandu. Sementara itu Pandu adalah seorang raja yang bertahta di Kerajaan Hastinapura. Prabu pandu memiliki 5 putra yang semuanya laki-laki. Mereka adalah Yudisthira, Bima, Arjuna serta si Kembar Nakula dan Sadewa. Dari kelima Pandawa tersebut, Arjuna dikenal memiliki ilmu kesaktian yang tinggi dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Pada suatu hari , Arjuna pergi bertapa ke sebuah lereng gunung yang terletak di sebellah barat Batu, Malang. Suasana di lereng gunung itu sangat cocok untuk bertapa karena wilayah di sekitarnya merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk dan jauh dari pemukiman penduduk. Itulah sebabnya, Arjuna memilih tempat itu agar dapat melaksanakan tapa dengan tenang dan khusyuk. Setiba di lereng gunung itu, Arjuna langsung duduk bersila diatas sebuah batu besar seraya memejamkan mata untuk memusatkan segenap pikirannya. Saking khusuknya tubuh Arjuna memancarkan sinar yang memiliki kekuatan luar biasa. Beberapa saat kemudian, puncak gunung itu tiba-tiba terangkat keatas. Semakin lama, puncak gunung itu semakin menjulang tinggi hingga menyentuh langit dan mengguncang negeri Kahyangan. Peristiwa tersebut membuat para Dewa di Kahyangan khawatir, jika guncangan itu terus terjadi, maka Negeri kahyangan akan hancur. Dengan mengutus Batara Narada untuk mengehentikan Arjuna, tetapi Arjuna enggan untukj mengentikan tapanya, ia berpikir jika ia menghentikan tapanya tentu para Dewa tidak akan memberinya banyak kesaktiaannya. Batara Narada gagal membujuk Arjuna. Kemudian Batara Guru mengutus bidadari dan dedemit untuk menghentikan tapa Arjuna, tetapi bereka gagal juga. Kemudian Batara Guru meminta bantuan BataraSemar untuk menghentikan Arjuna. Kemudian BataraSemar meminta bantuan Batara Togog untuk melaksanakan tugas tersebut. Setibanya di lereng gunung tersebut, keduanya langsung bersemadi untuk menambah kesaktian mereka.Setelah itu mereka mengubah tubuh mereka menjadi besar dan kemudian berdiri disisi gunung yang berbeda. Dengan kesaktiannya, mereka memotong gunung itu, tepat ditengah-tengahnya dan melemparkannya bagian atas gunung itu ke arah tenggara. Begitu bagian atas gunung itu terjatuh ke tanah, terdengarlah suara dentuman yang sangat keras disertai dengan guncangan yang sangat dahsyat. Hai suara apa itu?, gumam Arjuna yang terbanguna dari tapanya. Tiba-tiba Batara Semar dan Batara Togo datang menghampirinya. Kami telah memotong dan melemparkan puncak gunung itu Raden, ? kata Batara Semar Kenapa guru?, gara-gara suara itu aku terbangun dari tapaku. Tentu para Dewa tidak akan menambah kesaktianku, kata Arjuna. Maaf Den justru tapamu itu telah m,embuat para dewa menjadi resah. Lagipula untuk apalagi kamu meminta banyak kesaktian? Bukankah sudah cukup dengan kesaktian yang kamu miliki saat ini?, ujar Batara Semar. Mendengar nasehat tersebut, Arjuna menjadi sadar dan mengakui semua kesalahannya. Iapun tidak lupa berterima kasih kepada Batara Semar dan Batara Togog karena telah menyadarkannya. Setelah itu merekapun segera meninggalkan gunung tersebut. Sejak itulah, gunung tempat Arjuna bertapa dinamakan Gunung Arjuna. Sementara itu, potongan yunung yang dilemparkan oleh Batara Semar dan Batara Togog dinamakan Wurung. Kata Wurung berarti batal atau gagal. Artinya tapa Arjuna menjadi batal atau gagal karena mendengar suara dentuman dari potongan gunung yang terjatuh.