Anas bin al Nadhar
Anas bin Nadhar radhiallahu ‘anhu memeluk Islam setalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah. Dan ia termasuk seorang yang dipuji oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menyertai Rasulullah Dalam Perang Uhud
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkisah:
Pamanku, Anas bin an-Nadhar, tidak turut serta
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Badar. Ia pun
berkata kepadaku, “Aku luput dari perang pertama yang dilakoni Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekiranya Allah mengizinkanku nanti untuk turut
berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah akan melihat
apa yang akan kulakukan”. Ia takut berkata lebih dari itu.
Kemudian ia pun turut berperang bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Uhud di tahun berikutnya
(setelah Perang Badar). Saad bin Muadz radhiallahu ‘anhu datang menemuinya dan
berkata, “Wahai Abu Amr hendak kemana?” tanya Saad. Anas menjawab, “Ini dia
kurasakan harum angin surga di balik Uhud”. Ia pun berperang hingga syahid di
medan Uhud.
Saat ditemukan jasadnya, terdapat 80-an
sobekan luka. Tusukan tombak dan bekas anak panah yang menancap. Kata Anas bin
Malik, “Bibiku, ar-Rubai’ binti an-Nadhar berkata, ‘Aku hampir tidak mengenali
saudaraku kecuali melalui ruas-ruas jarinya’.”
Peranannya
Dalam riwayat al-Bukhari dari Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami memandang ayat ini turun tentang Anas bin
an-Nadhar:
???? ?????????????? ??????? ???????? ???
????????? ??????? ???????? ????????? ???? ????? ???????? ????????? ????
????????? ????? ????????? ??????????
“Di antara orang-orang mukmin itu ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di
antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu
dan mereka tidak merubah (janjinya).” [Quran Al-Ahzab: 23]
Diriwayatkan juga oleh al-Bukhari dari Anas
bahwasanya bibinya Rubai’ binti an Nadhar mematahkan gigi seri seorang gadis.
Dari keluarga Rubai’ meminta diyat dan maaf sedangkan keluarga gadis itu
keberatan. Mereka pergi mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi
memerintahkan mereka untuk melaksanakan qishash. Anas bin an-Nadhar berkata,
“Apakah harus dipatahkan gigi Rubai’ wahai Rasulullah? Tidak demi Allah yang
telah mengutus Anda dengan benar, janganlah patahkan giginya.” Rasulullah
bersabda, “Hai Anas, menurut kitabullah adalah qishash.” Akhirnya keluarga
gadis merelakan dan memberi maaf. Maka Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya di
antara hamba Allah ada orang yang jika bersumpah atas nama Allah, Allah
menerimnya.”
Dari Al-Fazari dari Humaid dari Anas terdapat
tambahan “Keluarga perempuan tersebut ridha dan menerima diyatnya.”
Kepahlawanan di Perang Uhud
Saat Perang Uhud tengah berkecamuk, tersebar
berita bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam gugur. Beliau terbunuh dalam
peperangan. Anas bin an-Nadhar terus berperang. Ia melihat Umar dan beberapa
orang bersamanya sedang terduduk. Ia berkata, “Kenapa kalian duduk (bersedih)?”
Mereka menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah terbunuh.”
“Jika begitu, apalagi yang akan kalian perbuat
mengisi hidup setelah beliau wafat? Berdirilah! Gugurlah dengan cara beliau
meninggalkan dunia!” Kata Anas membakar semangat para sahabat. Kemudian Anas
menghunuskan pedangnya hingga ia gugur dalam Perang Uhud.
Wafat
Anas bin an-Nadhar radhiallahu ‘anhu syahid di
medan Perang Uhud. Tubuhnya berselimut luka. Setidaknya ada 80-an luka dari
sabetan pedang, tusukan tombak dan anak panah. Saking banyak luka di tubuhnya,
jasadnya sulit dikenali. Hanya saudarinya, Rubai’, yang mengenalinya melalui
ruas-ruas jarinya.
Semoga Allah meridhai beliau, sahabat yang
mulia, Anas bin an-Nadhar radhiallahu ‘anhu.