Abu Thalhah Gemar Bersedekah
Abu Thalhah
lahir di Madinah pada tahun 585 M dan wafat di tahun 654 M. Ia pun dikenal
sebagai veteran Perang Badar dan mengikuti Baiat Aqabah kedua kepada Rasulullah
sebelum Nabi hijrah.
Selama hidup Abu
Thalhah, ia dikenang sebagai sosok yang bergelimang harta tetapi sangat
dermawan. Ia juga dikenang sebagai sahabat Nabi yang rajin sekali berpuasa
sepanjang hidupnya. Kisah hidup Abu Thalhah bahkan sangat menginspirasi.
Misalnya, tentang kisah sedekah kebun kurma yang begitu disayangi oleh Abu
Thalhah.
Bagaimana
kisahnya? Mari kita simak bersama-sama! Semoga bisa memberikan inspirasi dan
motivasi bagi kita untuk mencontoh teladan Abu Thalhah dan tidak segan
bersedekah.
Sahabat, Abu
Thalhah adalah orang yang sangat kaya di Madinah. Hartanya banyak, kebun
kurmanya juga banyak. Dan, salah satu harta yang paling disayangi oleh Abu
Thalhah adalah kebun kurma bernama Bairuha yang lokasinya tidak jauh dari
Masjid Nabawi.
Ada kisah
menarik tentang kebun kurma Bairuha ini. Begini kisahnya …
Anas bin Malik
r.a. pernah berkata, “Abu Thalhah r.a. adalah orang
Anshar yang memiliki banyak harta di Kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun
kurma yang paling ia cintai yang bernama Bairuha. Kebun tersebut berada di
depan masjid. Rasulullah saw. pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu
enak di dalamnya.”
Anas lalu
berkata, “Ketika turun ayat, ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai (Q.S. Ali Imran: 92).’”
Lalu Abu Thalhah
berdiri menghadap Rasulullah saw., ia menyatakan, “Wahai, Rasulullah, Allah Swt. berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian
harta yang kamu cintai (Q.S. Ali Imran: 92). Sungguh harta yang paling aku
cintai adalah kebun Bairuha. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena
mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah
ini sebagaimana Allah SWT. telah memberi petunjuk kepadamu.’”
Lalu Rasulullah
saw. bersabda, “Bakh! Itulah harta yang benar-benar
beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar
perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk
kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.” (H.R.
Bukhari dan Muslim). Bakh bermakna
untuk menyatakan besarnya suatu perkara.