Arwa binti Abdul Muthalib

Arwa binti Abdul Muthalib, bibi dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, merupakan satu dari banyaknya perempuan hebat dalam sejarah Islam yang patut dijadikan suri teladan bagi muslimah. Ia merupakan perempuan terpandang pada zaman jahiliyah dan Islam. Arwa telah berjuang di jalan Allah dengan lidah dan kejujurannya, dalam setiap ruang lingkup Islam yang dilaluinya.

Semangatnya dalam menyampaikan nasihat dan menunjuki manusia untuk menempuh jalan keadilan dan kebenaran, serta mengembalikan hak kepada yang berhak tidak dapat ditandingi. Ia masuk Islam di Makkah dan ikut hijrah ke Madinah, Ia juga dikenal dari kecerdasan dan kemampuan bersyairnya. Berkat kemampuannya berbicara, orang-orang akan terpaku dan terpesona mendengar keindahan bahasanya. Kelebihan itu menyempurnakan kedudukannya sebagai seorang putri bangsawan Quraisy yang terpandang dan disegani.

Arwa lahir di Makkah sekitar tahun 560 Masehi. Ia merupakan putri Abdul Muthalib ibn Hasyim dan Fatimah binti Amr yang berasal dari suku Makhzum, suku Quraisy. Suami pertama Arwa ialah Umayr ibn Wahb. Dari hasil pernikahannya dianugerahi seorang putra bernama Kalib bin Umair.

Suami keduanya adalah Arta ibn Sharahbil ibn Hasyim. Dari suami yang kedua dikaruniailah seorang anak perempuan bernama Fatima.

Arwa tercatat sebagai seorang yang selalu mendukung Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebelum memeluk Islam, ia sudah mendukung dakwah Rasulullah. Arwa bahkan memberikan dukungan saat anaknya, Kalib, menyatakan masuk Islam di Darul Arqam bin Abu Al- Arqam Al-Makhzumi.

Kalib menemui ibunya setelah masuk Islam dan berkata, "Aku mengikuti Muhammad dan masuk Islam karena Allah." Lalu Arwah menanggapi apa yang dikatakan anaknya. Arwa berkata: "Sungguh benar jika kau mendukung dan membantu sepupumu Muhammad. Demi Allah, kalau saja kita mampu apa yang dilakukan oleh para lelaki itu mendukungnya, tentu kita akan mengikutinya dan membelanya," kata Arwa.

Anaknya memiliki andil cukup besar yang membuat Arwa memutuskan memeluk Islam. Sebelumnya terjadi sebuah percakapan antara Arwa dan Kalib. "Lalu apa lagi yang menghalangimu untuk masuk Islam dan mengikuti Muhammad. Padahal, saudaramu Hamzah telah juga masuk Islam," kata Kalib. "Maka sesungguhnya aku memintamu karena Allah agar kau mau datang pada Muhammad, masuk Islam, membenarkannya dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah," ujar Kalib dalam permintaannya.

Kemudian Arwa memeluk Islam dan menjadi salah seorang yang selalu berada di belakang Rasulullah dalam mendukung dakwahnya. Ia bahkan mengajak anaknya untuk membantu dan mengerjakan apa yang diajarkan. Suatu ketika diceritakan saat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy menyakiti Rasulullah. Kalib pun kemudian sengaja mendatangi tempat Abu Jahal dan memukulnya dengan keras di kepalanya. Sehingga orang-orang di dekat Abu Jahal meringkusnya. Lalu Abu Jahal mendekati dan melepaskannya.

Atas tindakan Kalib, orang-orang dekat Abu Jahal kemudian berkata kepada Arwa, "Apakah kau tidak melihat anakmu si Kalib itu sekarang menjadi kasar berdekatan dengan Muhammad?" "Aku melihat bahwa beberapa hari ini dia semakin baik setelah dia mengisi harinya dengan selalu membela sepupunya Muhammad. Sungguh Muhammad membawa ajaran yang benar dari sisi Allah," jawab Arwa. "Apakah kau juga telah menjadi pengikut Muhammad?" tanya mereka. "Benar," jawab Arwa dengan lantang.

Mendengar pengakuan Arwa yang juga memeluk Islam, mereka kemudian memberi tahu Abu Lahab. Abu Lahab pun segera menemui Arwa dan berkata, "Sungguh mengherankan dirimu ini, hai Arwa. Mengapa kau menjadi pengikut Muhammad dan kau tinggalkan agama Abdul Muthalib?" Mendengar perkataan Abu Lahab, Arwa pun menanggapinya dengan tenang bahkan meminta untuk membantu Rasulullah.

"Memang seperti itulah keadaannya," kata Arwa. "Maka cobalah kau dukung keponakanmu itu, bantu dan bela dirinya. Bila dia mem erikan suatu ajaran, maka kau punya dua pilihan, apakah kau masuk ke dalam Islam bersamanya atau kau tetap memegang agamamu itu. Apabila dia yang benar, minta maaf karena telah memilih masuk ke dalam golongan keponakanmu Muhammad,".

"Kami mempunyai kekuasaan dan kekuatan besar di Arab yang secara bersama-sama menentang kedatangan agama baru," kata Abu Lahab sambil beranjak. Jawaban-jawaban Arwa atas tekanan yang dilontarkan dari Abu Jahal, Abu Lahab dan pembesar Quraisy lainnya tidak membuat Arwa mundur dalam membantu Rasulullah.

Demikianlah sosok teladan Arwa’ binti Abdul Muththalib yang selalu mencurahkan perhatiannya kepada perjuangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tak lupa selalu menyeru kepada putranya dalam mendukung, dan membela perjuangan Rasulullah. Dia juga menginfakkan hartanya untuk perjuangan Rasulullah. Arwa meninggal dunia pada sekitar tahun 15 Hijriah di masa pemerintahan Umar bin al-Khattab.