Unta dan Zebra
Dahulu kala, ada sebuah hutan di mana dua binatang menjadi sahabat karib–seekor unta dan seekor zebra. Meskipun kedua binatang ini sangat berbeda satu sama lain, mereka dikenal sebagai sahabat terbaik.
Namun, zebra menganggap dirinya sangat glamor dengan mantel hitam putihnya, dan dia menganggap unta sebagai makhluk jelek dengan punggung bongkok, kaki aneh, bulu mata jelek, dan sebagainya.
Suatu hari, unta meminta zebra untuk datang dan bermain dengan dia di lumpur, namun zebra menolak. Dia berkata bahwa mantel hitam putihnya yang indah akan kotor. Unta sedih mendengar ini, dan dia bermain di lumpur sendirian sambil duduk di sana memikirkan mengapa zebra mengabaikannya.
Beberapa hari kemudian, datanglah kemarau secara tiba-tiba. Semua air di hutan mulai mengering. Kura-kura mengeluh tentang kekurangan air di danau yang biasa mereka minum setiap hari.
Hal ini membuat zebra sangat khawatir. Dia melihat seekor keledai membawa ember air di punggungnya dan meminta dia jika dia bisa memberinya sedikit air. Keledai ragu karena dia juga membutuhkan air itu untuk dirinya sendiri.
Zebra merasa kebingungan dan pergi ke sahabat terbaiknya, Unta. Unta mengatakan bahwa dia bisa membawanya ke sebuah oasis karena unta memiliki indera penciuman yang kuat, yang bisa mereka gunakan untuk mencium oase.
Zebra terkejut melihat ketenangan Unta dalam situasi yang begitu sulit. Inilah saatnya ketika Unta mengungkapkan bahwa hal jelek yang tidak disukai zebra di punggungnya adalah punuknya, yang merupakan penyimpanan air. Dia mengatakan bahwa dia bisa menggunakan air ini untuk bertahan hidup selama beberapa minggu, bahkan sebulan.
Unta juga menyebutkan kuku yang memungkinkannya untuk berjalan melalui pasir panas di padang gurun. Kulit unta tebal dan melindunginya dari badai pasir dan panas, dan bulu matanya juga membantunya menjaga mata terlindungi selama badai tersebut.
Unta tidak ragu untuk membantu temannya dan menjaga Zebra tertutup di bawahnya selama badai pasir. Zebra sangat bersyukur kepada sahabatnya, Unta, atas bantuan yang diberikannya, dan dia menyadari bahwa tidak semua hal jelek tidak berguna. Mereka kembali bermain bersama dengan bahagia setelah kemarau berakhir.
Pesan Moral: Unta mungkin terlihat jelek bagi beberapa orang, tetapi kondisi fisiknya justru adalah hal-hal yang mendukungnya melewati kekerasan padang gurun dan rintangan lain yang datang. Oleh karena itu, harus diingat bahwa tidak semua hal indah berguna dalam waktu kesulitan, dan tidak semua hal jelek harus dipandang rendah. Mereka mungkin saja berguna, siapa tahu!