Abu Qilabah dengan Kesabarannya
Sosok Abu
Qilabah pernah diceritakan dalam riwayat Abdullah bin Muhammad RA. Ia bercerita
saat dirinya berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir, ia
melihat sebuah kemah kecil.
Kemah tersebut menunjukkan pemiliknya adalah
orang yang sangat miskin. Lalu, Abdullah bin Muhammad RA pun mendatangi kemah
yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
Kemudian, Abdullah bin Muhammad RA melihat
seorang laki-laki. Namun, kondisi laki-laki tersebut sedang berbaring dengan
keadaan tidak memiliki tangan dan kakinya, telinganya sulit mendengar, matanya
tidak bisa melihat, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.
Lelaki tersebut berkata, "Ya Allah berilah
aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain."
Abdullah bin Muhammad RA pun menemuinya, dan
berkata, "Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?"
Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab,
"Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan,
niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan
terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku
tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."
Abdullah bin Muhammad RA kembali bertanya,
"Bersyukur atas apa?"
Laki-laki pemilik kemah itu menjawab lagi,
"Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa
berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu
salat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun
sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan
dia?"
Abdullah bin Muhammad RA pun menyanggupi dan
pergi untuk mencari anak lelaki itu. Setelah beberapa saat mencari, Abdullah
bin Muhammad RA malah mendapati jenazah yang sedang dikelilingi oleh singa.
Ternyata seorang anaknya laki-laki yang sudah diterkam oleh singa, putra dari
pemilik kemah.
Abdullah bin Muhammad RA pun bingung bagaimana
cara mengatakannya kepada laki-laki pemilik kemah itu. Ia kembali dan berkata
dengan tujuan menghibur, "Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah
tentang Nabi Ayyub?"
Laki-laki itu menjawab, "Iya, aku tahu
kisahnya."
Kemudian Abdullah bin Muhammad RA bertanya lagi,
"Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya.
Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?"
Ia menjawab, "Ia menghadapinya dengan
sabar."
Abdullah bin Muhammad RA kembali bertanya,
"Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayyub dengan kefakiran. Bagaimana
keadaannya?"
"Ia bersabar."
"Ia juga diuji dengan penyakit di badannya,
bagaimana keadaannya?"
"ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku
di mana anakku?"
Kemudian barulah Abdullah bin Muhammad RA
berkata, "Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir
dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah
melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau."
Kemudian laki-laki pemilik kemah ini mengatakan,
"Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang
bermaksiat kepada Allah sehingga ia di azab di neraka."
Tak lama, lelaki itu menarik napas panjang lalu
meninggal dunia. Abdullah bin Muhammad RA pun membaringkannya di tangannya.
Lalu, Abdullah bin Muhammad RA berinisiatif menutupi sang lelaki dengan
jubahnya hingga lewatlah empat orang laki-laki mengendarai kuda.
Mereka berkata, "Wahai saudara, apa yang
terjadi padamu?"
Kemudian, Abdullah bin Muhammad RA pun
menceritakan kepada mereka apa yang telah dialaminya. Ia pun meminta bantuan
kepada mereka untuk mengurus jenazah laki-laki kemah tersebut.
Mereka bertanya, "Siapa dia?"
Lalu, Abdullah bin Muhammad RA menjawab,
"Aku juga tidak mengenalnya, dia dalam keadaan sakit dan
memprihatinkan."
Keempat laki-laki itu meminta untuk membuka
penutup wajahnya karena mungkin salah satu dari mereka mengenalnya. Kala
dibuka, tiba-tiba mereka tersentak, lalu mencium dan menangisinya, dan berkata,
"Subhanallah, wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang
selalu menunduk atas apa yang diharamkan Allah. Tubuhnya selalu sujud tatkala
orang-orang dalam keadaan tidur."
Kemudian mereka berkata, "Ini adalah Abu
Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini pernah dimintai oleh khalifah
untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut."
Perlu diketahui bahwa jabatan hakim atau qadhi
ini adalah suatu jabatan khusus, di mana mereka akan mengatur hukum dan
menentukan hukum di antara manusia. Ini merupakan jabatan yang mulia pada saat
itu. Namun, Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat
dalam keadaan seperti ini.
Kemusian Abdullah bin Muhammad RA bersama empat
laki-laki tadi pun memandikan, mengafani, dan menyalatkan Abu Qilabah.
Dikatakan dalam kisah lain bahwa Abu Qilabah adalah sahabat Rasulullah SAW
terakhir pada masa itu sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim.