Rafi Ibn Khadij : Merindukan Kematian

Rasulullah SAW memiliki sahabat dengan sifat dan perilaku yang beragam. Salah satunya ada yang amat menyayangi kucing. Adalah Abu Hurairah. Ia termasuk sahabat besar yang mulia. Para ulama ahli hadits sepakat bahwa ia adalah sahabat yang paling banyak hafal sekaligus meriwayatkan hadits-hadits yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.

Abu Hurairah berasal dari kabilah keturunan Dus bin Adnan bin Abdillah bin Zahran. Sebelum masuk Islam, ia diketahui bernama Syams bin Shakr ad-Dusi. Begitu masuk Islam ia mendapatkan nama baru dari Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Shakr ad-Dusi.

Sementara itu, nama Abu Hurairah sendiri adalah julukan yang ia dapat dari Rasulullah SAW. Abu Hurairah artinya 'bapaknya kucing'. Ia menceritakan sejarah julukan tersebut melalui riwayat yang ia sampaikan sendiri.

"Dulu aku adalah seorang penggembala domba milik keluargaku, ketika itu aku memiliki seekor kucing kecil, ketika malam hari aku meletakkan kucing tersebut di atas pohon, ketika siang hari aku hendak menggembala kambing, aku mengambil kucing tersebut dan membawanya bersamaku, aku bermain-main dengan kucing tersebut, semenjak saat itulah aku dijuluki sebagai Abu Hurairah," jelasnya.

Kisah Abu Hurairah Masuk Islam

Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun ketujuh Hijriyah atas ajakan ath-Thufail bin Umar ad-Dusi. Ia menjadi satu-satunya orang yang kala itu menerima dakwah Islam yang disampaikan ath-Thufail kepada kabilah Dus setelah ath-Thufail dan istrinya.

Keduanya kemudian menemui Rasulullah SAW. Saat bertemu beliau SAW, ia berkata, "Hancurlah kabilah Dus."

Mendengar ucapannya itu, Rasulullah SAW malah mendoakan, 'Ya Allah, berilah hidayah kabilah Dus."

Abu Hurairah adalah salah satu ulama dari kalangan sahabat nabi dan paling utama di antara mereka. Banyak para sahabat yang menjadikannya sebagai rujukan fatwa dan juga pengambilan riwayat.

Mereka adalah Zaid bin Tsabit, Abu Ayub al-Anshari, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Ubai bin Ka'ab, Jabir bin Abdillah, sayyidah Aisyah, al-Masur bin Makhramah, Abu Musa al-Asy'ari, Anas bin Malik, Abu Rafi', dan sahabat lainnya.

Sahabat yang menyayangi kucing ini selalu mengikuti ke mana pun Rasulullah SAW pergi. Hal ini membuatnya banyak mendapatkan ilmu dari Nabi SAW yang tidak bisa diraih oleh banyak sahabat lainnya.

Pada suatu ketika Rasulullah SAW memperhatikannya dan beliau bersabda, "Wahai Abu Hurairah, jadilah kamu orang yang waro' (berhati-hati), niscaya kamu akan menjadi paling ahli ibadahnya manusia." (HR Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)


 

Rafi ibn Khadij adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Aus, keturunan Bani Harits. Ayahnya bernama Khudaij ibn Rafi ibn Adi yang menikahi Halimah binti Mas'ud al-Bayadhiyah. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang anak, yaitu Rafi. Keluarga itu tumbuh menjadi salah satu benteng pertahanan Islam yang terus mengajak manusia untuk meninggikan kalimat Allah.

Istri Rafi ibn Khadij adalah Ummu Umais yang bersaudara dengan Muhammad dan Mahmud, putra Salamah. Rafi tengah berada di usia muda yang penuh semangat ketika mendengar bahwa Rasulullah dan para sahabatnya akan mencegat kafilah Quraisy yang pulang dari Syam. Kafilah yang membawa banyak barang dagangan itu dipimpin oleh Abu Sufyan ibn Harb. Namun, saat mengetahui rencana Nabi saw., Abu Sufyan langsung mengirim orang kepada kaum Quraisy untuk melindungi harta mereka. Dalam waktu yang singkat para pemimpin Makkah dapat memobilisasi pasukan untuk melindungi kafilah dagang mereka sekaligus menyerang kaum muslimin. Ketika pasukan Quraisy bergerak menuju Madinah, Abu Sufyan mengambil rute lain untuk menyelamatkan kafilahnya dan berhasil tiba di Makkah dengan selamat.

Meskipun telah dikabari bahwa kafilah mereka telah selamat tiba di Makkah, Abu Jahal bersikukuh memerangi keum muslimin di Badar. Ia memanas-manasi pasukan Quraisy untuk terus bergerak menghadapi kaum muslimin.

Rafi muda yang penuh harap sangat ingin ikut serta dalam pasukan Rasulullah menghadapi kaum musyrik. Namun, karena usianya masih terlalu muda, Rasulullah menyuruhnya pulang. Ketika Allah memberikan kemenangan gemilang kepada kaum muslimin, keinginan Rafi untuk ikut serta berjuang bersama Rasulullah semakin bergelora. Ia terus berlatih memanah hingga ia mahir mempergunakan senjata itu.

Ketika datang seruan untuk perang Uhud, Rafi takut Rasulullah kembali menyuruhnya pulang seperti saat perang Badar. Maka, ia bersiasat. Ia bergabung dalam barisan dengan memakai kasut yang tebal dan berjinjit agar tampak lebih tinggi. Sebenarnya, Nabi saw. sendiri telah mengetahui kecakapan Rafi menggunakan panah. Menjelang peperangan, seperti biasa Rasulullah saw. memeriksa barisan, dan ketika berhadapan dengan Rafi, beliau mengizinkannya ikut serta. Maka, Rafi segera menyiapkan senjatanya, lalu bergabung dengan pasukan Muslimin.

Saat perang mulai berkecamuk, Rafi menunjukkan kemahirannya memanah dan menjatuhkan musuh. Tapi, sebuah anak panah musuh menancap di dadanya sehingga tak ada jalan baginya kecuali mencabut anak panah tersebut. Sayang, anak panah itu patah dan patahannya tertinggal di dadanya. Melihat kejadian itu, Rasulullah menghampirinya dan bersabda, "Kelak di hari kiamat, aku akan menjadi saksimu." Luka tusukan panah itu sangat menyakitkan. Alih-alih mengerang dan mundur dari medan perang, patahan anak panah di dadanya itu semakin membuatnya semangat berperang. Ia telah lama memimpikan peperangan semacam ini. Meski luka-lukanya cukup parah, ia dapat pulih seperti sedia kala setelah peperangan usai. Ia pun ikut dalam peperangan Khandaq ketika kaum musyrik Quraisy dan sekutu mereka mengepung Madinah. Saat itu, hujan badai menghancurkan kemah pasukan Quraisy sehingga mereka putus asa dan pulang ke negeri mereka dengan perasaan terhina dan kecewa.

Semangat tinggi yang dimiliki Rafi telah mengantarkannya pada kemuliaan, baik dalam urusan agama, maupun dunia. Ia berusaha mengikuti berbagai kegiatan Nabi saw. dan ia pun tidak melupakan kewajiban untuk memenuhi keubutuhan pribadi dan keluarga. Setiap kali ada seruan untuk berjuang, ia langsung sigap dan segera bergabung dalam pasukan. Ketika lama tak ada peperangan, ia sibuk bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhannya. Meski sering mendapatkan luka dari berbagai peperangan, Rafi dikaruniai usia yang panjang hingga 86 tahun.

Rafi termasuk sahabat Nabi saw. yang tidak suka menyembunyikan kebenaran. Sikapnya itu ia tunjukkan ketika dengan tegas bergabung dengan pasukan Ali ibn Abu Thalib dalam perang shiffin.

Ia pun termasuk sahabat yang meriwayatkan hadits. Di antara sahabat yang meriwayatkan darinya adalah Abdullah ibn Umar, Mahmud ibn Labid, al-Saib ibn Yazid, Usaid ibn Zuhair, serta para sahabat lain. Dari kalangan tabiin juga ada yang mengambil riwayat darinya.

Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Rafi adalah sabda Rasulullah saw.: "Jika salah seorang di antara kalian memiliki tanah kosong, tanamilah atau berikanlah kepada saudaranya untuk dimanfaatkan." Diriwayatkan dari Muhammad ibn Ishaq dari Ashim ibn Umar ibn Qatadah dari Mahmud ibn Labid dari Rafi ibn Khadij bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Perbanyaklah amal di waktu fajar, karena waktu itu lebih besar untuk mendatangkan pahala."

Rafi selalu memagang tegus sabda Rasulullah, "Sebaik-baik kalian adalah yang panjang usianya dan bagus amalnya."

Pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata anak panah yang tertanam di dadanya bergeser yang menyebabkan infeksi sehingga ia jatuh sakit. Saat itulah ia terkenang kembali masa-masa perjuangannya bersama Rasulullah. Tak lama berselang, ia meninggal dunia. Di antara yang ikut menyalatinya adalah Abdullah ibn Umar. Saat itu Abdullah ibn Umar berkata, "Shalatlah kalian atas sahabat kalian sebelum matahari mengecil dan terbenam."