Cicit Si Tikus
Di dalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus
kecil, yang bernama Cicit. Seperti tikus pada umumnya, tubuh Cicit memang
terbilang kecil, jika dibandingkan dengan hewan lainnya. Inilah yang membuat
Cicit jadi minder dan ketakutan, akan ukuran tubuhnya.
“Kenapa binatang lain besar, sedangkan aku
kecil. Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya pada diri sendiri.
Keesokan harinya, Cicit menemukan sehelai
kain yang berwarna putih, yang ukurannya terbilang cukup besar, dibanding
tubuhnya. Melihat kain yang berwarna putih tersebut, terlintas di pikirannya,
sebuah ide jahil, untuk binatang lain di sekitarnya. Kali ini, Cicit masuk ke
dalam rumah, dan mulai mengambil pena. Pena tersebut digunakan, untuk
menggambar sepasang mata, bibir, dan bagian wajah lainnya. Gambar yang dibuat
tidak sembarangan, malah mirip dengan hantu.
Setelah selesai, dirinya mulai beraksi, di
jalan yang ada di dekat rumahnya. Karena tepat di samping rumahnya adalah jalan
yang sering dilalui oleh para binatang hutan. Binatang pertama yang melintas,
tidak lama setelah Cicit menggunakan kain putih seperti hantu tersebut, adalah
kelinci. Kelinci yang melihat kain putih berkelebat di depanya tersebut,
berlari dan berteriak ketakutan, karena dirinya melihat hantu.
Tidak hanya kelinci, binatang lain yang
melintas di jalanan tersebut, seperti rusa, bahkan macan yang juga melintas di
kawasan tersebut pun dibuat terkejut, lari dan berteriak akan kehadiran hantu
berukuran kecil, yang tidak lain adalah Cicit.
Hingga pada suatu hari, badai datang ke
kawasan hutan. Karena jalan yang ada di dekat rumah tikus adalah jalan utama,
maka mau tidak mau para binatang harus melalui jalan tersebut, untuk cepat
sampai ke rumah. Namun naas, ketika Cicit hendak melakukan niat jahilnya
tersebut, angin kencang meniupkan kain yang menutupi tubuhnya. Maka
terungkaplah, bahwa biang keladi yang selama ini menakut-nakuti mereka adalah
Cicit si tikus. Para binatang yang melihat kejadian tersebut, awalnya kesal
akan tingkah laku Cicit. Kali ini Cicit berjanji tidak akan mengulangi kembali
kelakuan jahil nya tersebut.
Pelajaran yang tersirat di balik cerita ini,
mengajarkan siapapun untuk tidak merasa rendah diri akan apapun, termasuk
ketika berhubungan dengan kondisi tubuhnya yang kecil, seperti Cicit si tikus.