KH Fakhruddin

KH Fakhruddin adalah seorang pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga tokoh Muhammadiyah. Tokoh yang dikenal dengan nama kecil Muhammad Jazuli ini selain merupakan seorang ulama, juga aktif dalam pergerakan nasional. Awalnya, ia menjadi anggota Budi Utomo. Lalu, ia berpindah ke Sarekat Islam dan akhirnya ke Muhammadiyah.

Fakhruddin pertama kali belajar agama melalui sang ayah, KH Hasyim. Kemudian, ia juga belajar dari beberapa ulama terkenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah itu, pada 1921, Fakhruddin pergi ke Mekkah selama delapan tahun untuk meneliti nasib para jemaah haji asal Indonesia. Para jemaah sering kali mendapat perlakuan kurang baik dari para pejabat Mekkah. Ia pun memprakarsai terbentuknya Badan Penolong Haji. Sekembalinya dari Mekkah, ia pun menjadi ulama yang dihormati, karena kejujuran dan kecerdasannya. Selain itu, ia juga pernah diutus ke Kairo sebagai wakil umat Islam Indonesia untuk menghadiri Konferensi Islam.

Kegiatan politik Fakhruddin dimulai pertama kali saat ia masuk dalam organisasi Budi Utomo. Namun, karena merasa ada ketidakcocokan, Fakhruddin pun keluar dari Budi Utomo. Ia berpindah ke Sarekat Islam (SI). Fakhruddin tertarik dengan Sarekat Islam karena adanya gerakan politik. Ketika Sarekat Islam mulai terpecah menjadi dua kubu, SI Merah dan SI Putih, Fakhruddin pun akhirnya beralih ke Muhammadiyah. Ia merasa senang di dalam Muhammadiyah karena organisasi ini menonjolkan gerakan keagamaan dan bertujuan sosial. Fakhruddin berpendapat, untuk mencapai kemajuan, umat Islam harus berani menentang pikiran kolot. Menurut Fakhruddin, sekolah-sekolah agama harus diperbanyak untuk mendidik pemuda yang nantinya akan meneruskan syiar Islam. Selain itu, cara-cara berdakwah juga harus diperbaharui. Sesuai dengan pendapat tersebut, Muhammadiyah pun selalu giat membina para calon pemimpin. Organisasi ini pun dikenal sebagai pembina generasi muda Muhammadiyah.

Demi menghidupi keluarganya, Fakhruddin berdagang. Dari dagangannya tersebut ia pun memperoleh penghasilan yang cukup besar. Namun, sebagian dari penghasilannya ini disumbangkan untuk kepentingan organisasi. Rumahnya sering digunakan untuk tempat kursus para anggota Muhammadiyah. Fakhruddin juga banyak mengarang dalam surat kabar, serta menulis beberapa buah buku, seperti Pan Islamisme dan Kepentingan Pengajaran Agama. Kesibukannya mengurus Muhammadiyah dan usahanya ini lambat laun mempengaruhi kondisi kesehatannya. Menjelang kongres Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1929, Fakhruddin jatuh sakit. Tanggal 28 Februari 1929, Fakhruddin dinyatakan meninggal dunia di Yogyakarta. Ia dikebumikan di Pakuncen, Yogyakarta.