Kerajaan Islam Di Riau

Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Terdapat beberapa kerajaan Islam di Riau yang tercatat sebagai kerajaan tertua di Nusantara.

Keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut menjadi penanda sistem pemerintahan masyarakat kuno sebelum Indonesia resmi merdeka. Selain menjadi peninggalan sejarah, kerajaan-kerajaan Islam di Riau juga merupakan kekayaan budaya yang dimiliki provinsi ini.

1. Kerajaan Siak

Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan Melayu Islam yang semula bernama Kerjaan Buatan. Kerajaan ini letaknya di tepi Sungai Jantan.

Kerajaan Siak didirikan pada tahun 1725 oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah. Ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Tengku Buang Asmara yang bergelar Sultan Abdul Jalil Muzoffar Syah sebagai Sultan Kedua yang memerintah pada tahun 1745 sampai 1765.

2. Kerajaan Kampar

Kerajaan Kampar sejak abad ke-15 berada di bawah Kerajaan Malaka. Pada masa pemerintahan Sultan Abdullah di Kampar, raja Kampar tidak mau menghadap kepada Sultan Mahmud Syah 1 di Bintan selaku pemegang kekuasaan kerajaan Melayu.

Akibatnya, Sultan Abdullah meminta bantuan Portugis dan berhasil mempertahankan Kampar. Ketika Sultan Abdullah dibawa ke Malaka oleh Portugis, Kampar ada di bawah para pembesar kerajaan, di antaranya Mangkubumi Tun Perkasa yang memohon agar di Kampar ditempatkan raja.

Hasil permohonan tersebut dikirimkanlah seorang pembesar dari Kemaharajaan Melayu, yaitu Raja Abdurrahman bergelar Maharaja Dinda 1 dan berkedudukan di Pekantua.

Hubungan antara kerajaan Kampar di bawah pemerintahan Maharaja Lela Utama dengan Siak dan Kuantan yaitu perdagangan. Akan tetapi, di masa pemerintahan penggantinya, Maharaja Dinda II memindahkan ibu kota kerajaan Kampar pada tahun 1725 ke Pelalawan yang kemudian mengganti kerajaan Kampar menjadi kerajaan Pelalawan.

Lalu, kerajaan tersebut tunduk kepada kerajaan Siak dan pada tanggal 4 Februari 1879.

3. Kerajaan Inderagiri

Sebelum tahun 1641 Kerajaan Inderagiri dibawah Kemaharajaan Melayu berhubungan erat dengan Portugis, namun Malaka diduduki VOC. Kerajaan Inderagiri mulai berhubungan dengan VOC yang mendirikan kantor dagangnya di Inderagiri berdasarkan perjanjian 28 Oktober 1664.

Pada masa pemerintahan Sultan Inderagiri XVII, Undang-udang Inderagiri disusun, bahwasannya Sultan Inderagiri I adalah Sultan Abdul Jalil Syah.

Pada tahun 1765 Sultan Hasan Salahuddin Kramat Syah memindahkan ibu kota Inderagiri ke Jayapura, tapi tanggal 5 Januari 1815 dipindahkan lagi ke Rengat oleh Sultan Ibrahim atau Raja Inderagiri XVII.