Kisah Si Miskin Julaibib

Julaibib adalah sahabat Nabi saw yang tidak diketahui dengan pasti siapa ayah dan ibunya. Bagi masyarakat Madinah, seseorang yang tidak bernasab dan tidak bersuku adalah aib besar yang memalukan.

Alasan itulah yang membuat Julaibib begitu diasingkan oleh masyarakat sekitar hingga dia merasa tidak berharga sama sekali hidup di dunia. Ditambah lagi keseharian Julaibib yang serampangan, lusuh, dan jorok membuat orang-orang disekitarnya tidak berkenan untuk mendekatinya.

Julaibib hanya tidur beralaskan pasir dan kerikil serta berbantal tangan setiap malam. Bahkan untuk minum, Julaibib hanya menggunakan tangannya untuk mengambil air dari kolam umum penduduk setempat.

Pemimpin Bani Aslam yang bernama Abu Barzah pernah berkata tentang Julaibib kepada rakyatnya, "Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!"

Kendati demikian, karunia Allah tidak akan pernah salah alamat diberikan. Julaibib pun mendapat hidayah dari Allah dan bertekad untuk berada di barisan terdepan ketika salat maupun jihad (berperang).

Pada suatu hari, Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi ditegur oleh Rasulullah saw, "Julaibib, tidakkah engkau menikah?"

"Siapakah orangnya yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini Ya Rasulullah?" kata Julaibib tersenyum.

Di hari berikutnya, Julaibib kembali ditanya Rasulullah dengan pertanyaan yang sama.

"Julaibib, tidakkah engkau menikah?"

Julaibib pun menjawab dengan jawaban yang sama sampai tiga hari berturut-turut.

Singkat cerita, pada hari ketiga, Rasulullah saw memegang lengan Julaibib dan membawanya ke salah satu rumah pemimpin Anshar.

"Aku ingin menikahkan putri kalian," kata Rasulullah pada si pemilik rumah.

Betapa terkejutnya pemilik rumah itu mengetahui yang datang adalah baginda Nabi Muhammad saw. Ia lantas mengira bahwa putrinya akan menjadi seorang istri Rasulullah sehingga pemilik rumah merasa terhormat.

Sejurus kemudian, Rasulullah saw menjelaskan bahwa yang akan menikah bukan dirinya melainkan Julaibib. Sontak pemimpin Anshar itu pun kaget dan tidak merestui jika putrinya menikah dengan Julaibib yang lusuh itu.

Betapa terkejutnya pemilik rumah itu mengetahui yang datang adalah baginda Nabi Muhammad saw. Ia lantas mengira bahwa putrinya akan menjadi seorang istri Rasulullah sehingga pemilik rumah merasa terhormat.

Sejurus kemudian, Rasulullah saw menjelaskan bahwa yang akan menikah bukan dirinya melainkan Julaibib. Sontak pemimpin Anshar itu pun kaget dan tidak merestui jika putrinya menikah dengan Julaibib yang lusuh itu.

Sang gadis salihah itu lalu melantunkan ayat Al-Qur'an yang artinya, "Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata," (QS. Al-Ahzab ayat 36).

Mendengar jawaban gadis yang bijaksana itu, Nabi saw kemudian berdoa, "Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Jangan kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah."

Hingga akhirnya sang gadis dan Julaibib ditakdirkan untuk hidup bersama tetapi dalam waktu yang sebentar. Sebab, Julaibib harus segera mengahadap Sang Pencipta setelah dirinya gugur di medan perang.

Ketika gugurnya Julaibib di medan perang, Rasulullah sangat kehilangan ia, tetapi tidak dengan para sahabat lainnya yang memang tidak terlalu menganggap Julaibib. Rasulullah pun memerintahkan agar para sahabat mencari Julaibib. Akhirnya ia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa penuh luka. Tetapi di sekitarnya terdapat tujuh jasad musuh yang telah berhasil ia bunuh.