Sang Peramal dan Raja

Dahulu kala, di sebuah kerajaan, terdapat seorang raja yang memiliki seorang peramal istana yang bertugas melayani sang raja. Suatu malam, sang raja terbangun dari mimpi buruk yang membuatnya merasa gelisah. Ia merasa perlu untuk memanggil peramal kerajaan untuk memberikan penjelasan mengenai mimpinya tersebut.

 

Sang peramal pun datang dengan terburu-buru ketika dipanggil oleh sang raja. “Hei, peramal. Aku bermimpi semua gigiku tanggal dan merasa sakit saat bangun. Pertanda apakah ini?” tanya sang Raja dengan suara gemetar.

 

Mendengar pertanyaan tersebut, peramal menjadi kaget dan langsung menjawab, “Mohon maaf baginda, menurut kepercayaan saya, gigi yang tanggal merupakan tanda kesialan. Tanggalnya gigi merupakan tanda bahwa anggota keluarga akan meninggal. Jika baginda melihat gigi yang tanggal semua maka seluruh anggota kerajaan akan meninggal dan Anda akan mengalami kesialan.”

 

Sang raja merasa marah dan tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh sang peramal, ia memutuskan untuk menghukum peramal dengan cambuk. Raja merasa sangat kecewa dengan peramal pertama yang memberikan jawaban yang tidak memuaskan.

 

Merasa tidak puas dengan jawaban peramal pertama, sang Raja memutuskan untuk memanggil peramal lain untuk memberikan penjelasan mengenai mimpinya. Saat peramal kedua tiba, Raja pun menceritakan mimpinya tentang melihat seluruh giginya yang tanggal. Peramal kedua itu kemudian tersenyum mendengar perkataan Raja.

 

“Menurut ilmu saya, mimpi tersebut berarti pertanda baik, baginda. Anda akan hidup lebih lama dari seluruh anggota keluarga kerajaan,” ujar si peramal dengan suara lembut.

 

Raja pun merasa senang dan puas dengan perkataan si peramal kedua. Ia kemudian memberikan hadiah berupa emas sebanyak 5 buah sebagai tanda penghargaan. “Kau memang peramal yang pintar dan dapat dipercaya,” puji sang raja dengan senyuman.

 

Dari cerita ini, kita dapat mengambil pesan moral bahwa kita harus selalu memikirkan dengan matang sebelum mengatakan sesuatu. Seperti yang terjadi pada peramal pertama, ia terlalu cepat memberikan jawaban tanpa memikirkan dampaknya.

 

Namun, peramal kedua memberikan jawaban yang bijaksana dan dipikirkan matang-matang sebelum mengatakannya. Sebagai anak yang baik, kita harus belajar untuk memikirkan dan merenungkan kata-kata yang akan kita ucapkan agar tidak menyakiti hati orang lain atau membuat keadaan menjadi buruk.