Kejahilan Nu’aiman

Alkisah, suatu hari Rasulullah SAW pernah kedatangan asraf/para tamu yang ingin mengenal lebih dekat tentang agama Islam.

Para tamu itu datang dengan mengendarai unta-unta mewah, besar dan mahal harganya. Setelah sampai di depan rumah Rasulullah, unta-unta mereka diikat agar tidak lepas. Para tamu-tamu itu lalu disambut ramah oleh Rasulullah SAW. Mereka kemudian diajak masuk ke dalam rumah untuk berbincang-bincang tentang seputar agama Tauhid.

Kala itu, rumah Rasulullah dijaga oleh beberapa sahabat di antaranya Sayyidina Hamzah , Umar bin Khattab , Ali bin Abi Thalib , dan Sa’ad bin Abi Waqash . Mereka berjaga di depan rumah Rasulullah sambil duduk-duduk dan ngobrol bersama.

Tidak berselang lama, datanglah Nu’aiman menghampiri mereka. Tidaklah heran bila Nu’aiman sering mendatangi rumah Rasulullah, karena dia sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Nu’aiman bergabung, duduk bersama keempat sahabat tadi dan ngobrol sambil bercanda ria. Sayyidina Hamzah berkata ”Hei Nu’aiman, kamu lihat unta tamu yang datang dari luar Arab itu?"

Nu’aiman lalu melihat ke arah unta tersebut. Para sahabat berkata kepada Nu’aiman bahwa sudah lama tidak makan daging unta.

“Itu unta gemuk-gemuk," ucap salah seorang sahabat kemudian.

"Iya, gemuk dan besar. Kalau disembelih tentu dagingnya banyak dan lezat," balas Nu'aiman terkekeh.

"Emang kamu berani menyembekih?” tanya Sayyidina Hamzah.

”Beranilah...! Syaratnya kalian jangan ngomong kepada Rasulullah..?” jawab Nu’aiman yakin.

Para sahabat pun tertawa. Mereka menganggap omongan itu hanyalah candaan belaka. Hingga pada saat para sahabat masih dalam candaannya, Nu'aiman, beranjak dengan menenteng pedang. Ia sembelih salah satu unta tamu Rasulullah.

“Wahai Hamzah, ini untanya sudah saya potong. Saya mau pergi dulu sebentar ya. Tolong jika nanti Rasulullah mencari-cari saya tolong jangan beritahu beliau di mana saya berada. Nanti kalau keadaan sudah aman, ayo kita masak dan makan berasama,” ujar Nua'aiman diikuti sikap para sahabat yang terkejut.

Selanjutnya, Nu’aiman pergi begitu saja. Para sahabat yang berjaga di depan rumah Rasulullah semakin kebingungan. Mereka bingung harus berkata apa kepada Rasulullah apabila beliau keluar.

Mereka khawatir nanti dibilang tidak bisa menjaga kendaraan unta milik tamu Rasulullah SAW.

Benar saja, ketika para tamu hendak pulang, maka mereka mereka terkejut karena salah satu unta mereka sudah disembelih. Mereka pun mengadu kepada Rasulullah.

Para sahabat terdiam ketika ditatap oleh Rasulullah SAW. "Itu ulah Nu’aiman, ya Rasul,” ucap mereka.

Selanjutnya Rasulullah SAW memerintahkan Umar bin Khattab untuk mencari pengganti unta milik tamunya dengan ganti rugi yang sepadan.

Setelah urusan dengan tamu selesai, Rasulullah dan para sahabat kemudian kompak untuk membalas perbuatan Nu’aiman. Mereka pergi mencari keberadaan Nu’aiman ke berbagai penjuru kota Madinah.

Sedangkan Nu'aiman berlari mendekati perbatasan Kota Madinah. Dalam pelariannya itu Nu'aiman bertemu dengan sahabat Nabi, Al-Miqdad Ibnu Aswad. Pada saat itu Al-Miqdad sedang menggali sumur. Nu’aiman datang dengan memberi segala puji-pujian kepada Al-Miqdad. “Wahai Sahabat Rasul, kamu orang yang pernah ikut perang Badar, kamu orang yang hebat,” ujar Nu’aiman merayu.

Al-Miqdad tersenyum keheranan, namun begitu Nu'aman berbicara manis lagi, ia sadar bahwa Nu'aman ada maunya. "Tolong, aku ini lagi dikejar-kejar orang jahat! Tolong selamatkan saya. Aku mau sembunyi di dalam sumur ini," pintanya.



Al-Miqdad tidak keberatan dan mempersilakan Nu'aman masuk ke dalam sumur. "Silakan masuk," ujarnya.

“Nanti kalau ada orang yang mencari saya tolong jangan diberitahu ya. Siapapun orangnya, walaupun itu Rasulullah sekalipun," pintanya.



Al-Miqdad mengiyakan saja. Dia berpikir mana mungkin juga Rasulullah datang ke tempatnya itu. Nu’aiman lalu masuk ke dalam sumur untuk bersembunyi dari kejaran Rasulullah dan sahabatnya.

Tidak berselang lama, datanglah Rasulullah SAW dan para sahabat. Sudah barang tentu Al-Miqdad kebingunan. "Ya, Rasulullah ada apa ini,” tanyanya.

“Kami sedang mencari Nu’aiman. Di mana dia, tahukah kamu?” jawab Rasulullah. Al-Miqdad lantas kebingungan, namun tidak bisa berbohong. "Wahai Rasulullah, mata saya tidak melihat kepada Nu’aiman,” ujar Al-Miqdad sembari memberikan isyarat kepada Rasulullah ke arah sumur.

Maka tertangkaplah Nuaiman yang sedang meringkuk dalam sumur. Saat ditanya Rasulullah mengapa melakukan itu, jawaban Nu’aiman malah membuat Rasulullah tersenyum. “Tanyakan saja kepada orang yang menunjukkan kepadamu tempat persembunyianku,” jawab Nu’aiman.