Legenda Datuk Marsam Sang Belalang Kunyit
Legenda ini berkisah tentang Datuk Marsam yang hidup di Desa Paseban. Datuk Marsam adalah seorang pemimpin yang sangat baik dan kharismatik, sehingga sangat disegani oleh masyarakatnya.
Suatu hari, Desa Paseban terkena wabah penyakit yang disebut nyampu bujang (penyakit demam panas yang melanda para pemuda). Sudah berbagai cara pengobatan dilakukan, namun penyakit itu tidak bisa diobati.
Seorang ahli nujum yang bernama Datuk Sengkati, memberi nasihat kepada Datuk Marsam untuk menemukan seorang dukun. Ternyata, dukun itulah yang telah menyebabkan wabah penyakit itu.
Setelah melalui proses musyawarah, berangkatlah Datuk Marsam, Datuk Sengkati, dan tiga pemuda kesatria pilihan untuk mencari dukun itu. Dalam perjalanannya, rintangan demi rintangan harus mereka hadapi. Sampai akhirnya, mereka berhasil menemukan si dukun.
Datuk Marsam kemudian bertanya kepada dukun itu, apakah dirinya atau penduduk desanya punya kesalahan, sehingga si dukun menyebarkan wabah ke desa. Namun, dukun itu menjawab bahwa Datuk Marsam tidak punya salah apa-apa. Si dukun menjelaskan bahwa Datuk Marsam merupakan seorang pemimpin yang adil, arif, dan bijaksana.
Lalu, saat ditanya alasan dukun itu menyebarkan wabah ke Desa, ia justru memberitahukan keinginannya untuk menikahi kedua putri Datuk Marsam. Mendengar ucapan dukun tersebut, Datuk Marsam menjadi sangat emosi. Ia mengatakan bahwa sampai kapan pun, si dukun tidak akan bisa menikahi putrinya.
Si dukun kemudian mengancam bahwa wabah yang menimpa para pemuda Desa Paseban tidak akan pernah menghilang. Secara misterius, dukun itu mendadak menghilang, pergi entah ke mana. Datuk Marsam pun memutuskan untuk pulang kembali ke desa.
Seiring berjalannya waktu, wabah yang menyerang Desa Paseban berangsur-angsur mulai menghilang. Namun, Datuk Marsam masih teringat dengan ucapan si dukun. Oleh karena itu, Datuk Marsam berniat untuk menikahkan kedua putrinya.
Saat Datuk Marsam sudah menemukan pemuda yang cocok untuk putrinya, tiba-tiba, Desa Paseban kembali diserang oleh wabah belalang. Banyak belalang yang menyerang lahan pertanian, hingga mempengaruhi hasil panen. Datuk Marsam pun teringat dengan perbuatan jahat si dukun.
Suatu ketika, dua ekor belalang datang menghampiri Datuk Marsam. Ternyata, dua ekor belalang itu merupakan calon suami kedua putrinya yang terkena sihir. Datuk Marsam pun pergi mencari si dukun jahat.
Setelah mereka bertemu, Datuk Marsam bertanya, apa yang dukun itu inginkan. Si dukun kemudian memberikan tantangan. Ia membawa dua gelas air putih, lalu menaruh serbuk kunyit ke dalam air putih tersebut.
Si dukun berkata, “Serbuk kunyit ini adalah racun dan mantra. Jika engkau memilih meminum air dengan serbuk kunyit berupa racun, maka Desa Paseban akan menjadi milikku. Namun, jika engkau memilih meminum air dengan serbuk kunyit berupa mantra, maka engkau akan menjadi belalang selamanya.”
Tanpa pikir panjang, Datuk Marsam menerima tantangan tersebut. Singkat cerita, Datuk Marsam meminum salah satu minuman, dan dukun itu meminum air di gelas satunya. Tiba-tiba, Datuk Marsam berubah menjadi belalang dan kedua calon menantunya berubah menjadi manusia kembali. Bersamaan dengan itu, sang dukun mati dan tubuhnya pun lenyap.
Melihat kejadian itu, seluruh warga desa menjadi sedih karena Datuk Marsam berubah menjadi belalang. Datuk Marsam berpesan kepada seluruh warga, meskipun dirinya tidak lagi berwujud manusia, mereka harus menjaga Desa Paseban dan ingat kepadanya.
Desa Paseban pun kembali tentram. Tidak ada lagi wabah penyakit yang menyerang. Di bawah kepemimpinan anak tertua Datuk Marsam, Desa Paseban kembali menjadi desa yang aman dan tentram.