Legenda Bukit Perak

Legenda Bukit Perak mengisahkan penghulu desa di pedalaman Muarojambi. Penduduk setempat sangat menghormati penghulu yang kerap dipanggil Datuk Sengalo. Di bawah pimpinan Datuk Sengalo, masyarakat hidup rukun, aman, dan sejahtera.

Selama Datuk Sengalo masih menjaga desa, selama itu pula desa senantiasa aman sentosa dari orang-orang yang hendak berbuat jahat, terutama Belanda yang suka meminta upeti. Hal inilah yang membuat Datuk Sengalo begitu dikenal di berbagai penjuru negeri.

Datuk Sengalo memiliki seorang putri. Ia menceritakan rahasia kepada putrinya, bahwa desanya aman karena ketika Datuk Sengalo bertapa, ia mendapatkan keris perak dan disuruh untuk menanamnya di bawah pohon rambe, di perbatasan desa. Datuk Sengalo juga mendapatkan seekor harimau putih yang saat ini menjadi temang sang putri.

Di sebelah desa yang dipimpin Datuk Sengalo, terdapat Desa Dano Lamo yang selalu dimintai upeti oleh Belanda. Datuk yang memimpin desa tersebut pun merasa iri terhadap Datuk Sengalo. Ia merasa dirinya kurang dihormati oleh masyarakat sekitar. Datuk yang iri hati itu pun bersiasat, ia menyuruh anak laki-lakinya untuk meminang putri Datuk Sengalo.

Suatu ketika, putri Datuk Sengalo pergi bermain di dekat pohon rambe ditemani harimau putih. Sang putri kemudian memanjat pohon rambe itu dan memakan buahnya sampai kenyang. Tanpa sengaja, sang putri menelan biji buah rambe. Ia pun tersedak hingga pingsan.

Hari sudah mulai larut. Datuk Sengalo mencari sang putri, namun tak kunjung ketemu. Harimau putih kemudian datang menghampiri datuk, menyuruhnya untuk mengikuti ke tempat putri pingsan. Bersamaan dengan itu, sang putri telah dibawa oleh seorang pemuda yang ternyata merupakan anak dari Datuk Dano Lamo.

Pemuda itu membawa sang putri ke sebuah rumah kayu yang jauh dari pemukiman warga. Ia memberinya ramuan obat dan merawatnya sampai sembuh. Singkat cerita, dengan muslihat jahatnya, pemuda itu kemudian mempersunting sang putri. Dari sinilah, Datuk Dano Lamo mengetahui rahasia Datuk Sengalo yang mempunyai keris perak sakti untuk melindungi desa. Datuk Dano Lamo pun berhasil mengambil keris tersebut.

Pada suatu malam, Datuk Sengalo memiliki firasat buruk. Ia pergi ke pohon rambe dan mendapati kerisnya telah hilang. Untuk melindungi warga desa, Datuk Sengalo membuat sebuah bukit dan menyuruh seluruh warga untuk bersembunyi di dalamnya.

Datuk Dano Lamo beserta anak buah dan pasukan Belanda kemudian pergi, hendak menyerang desa. Namun, ia tidak menemukan satu pun warga desa di sana. Ia hanya menemukan sebuah bukit yang ada di tengah-tengah desa.

Datuk Dano Lamo berteriak mengancan Datuk Sengalo untuk keluar dari persembunyiannya. Hingga akhirnya, ia menyuruh pasukannya untuk menggali bukit itu. Betapa kagetnya Datuk Dano Lamo saat melihat sebuah moncong meriam sudah mengarah ke arah mereka.

Datuk Dano Lamo bersama putra dan pasukannya pun tewas terkena ledakan meriam Datuk Sengalo. Semua porak poranda. Saat itu pun, keris yang dibawa Datuk Dano Lamo terpental, dan masuk ke dalam lubang galian bukit.

Bukit itu pun seketika menutup kembali. Datuk Sengalo dan warganya pun ikut menghilang bersamaan dengan keris perak tersebut. Satu-satunya yang tersisa adalah sebuah bukit yang menjulang tinggi. Bukit inilah yang dinamakan masyarakat sekitar sebagai Bukit Sengalo atau Bukit Perak.