ABBAS BIN UBADAH MEMBAWA 70 MUSLIM MELAKUKAN BAIAT
Abbas bin Ubadah bin Nahdhah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kaum Anshar yang mendapat cahaya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mula-mula memeluk Islam (as sabiqunal awwalun). Ia berasal dari Bani Sulaim bin Auf, Suku Khazraj. Abbas bin Ubadah termasuk salah satu dari 12 sahabat yang melakukan bai’at Aqabah pertama dan menyertai dalam Ba’iatul Aqabah kedua. Dua proses pembaiatan ini merupakan tonggak terbentuknya negeri Muslim yang ada di Madinah.
Sahabat lain sebanyak 11 orang yang mengikuti baiat pertama, di antaranya Uwaim bin Sa’idah bin Shal’ajah dan Quthab bin Amir bin Hadidah, termasuk dua perempuan Ummu Umarah dan Ummu Manik. Sedangkan untuk Baiat Aqabah kedua terjadi pada musim haji, Abbas bin Ubadah membawa sekitar 70 Muslim. Jumlah yang sangat banyak saat itu.
Pada Baiat Aqabah II itu Rasulullah bersabda, “Aku (Muhammad) melakukan baiat terhadap kalian untuk melindungi kalian, sebagaimana kalian melindungi perempuan dan anak-anak.” Inti dari baiat yang dilaksanakan oleh Rasulullah tersebut, yaitu: (1) Tidak menyekutukan Allah; (2) Tidak membunuh anak-anak; (3) Tidak melakukan dosa tangan dan kaki; (4) Tidak menentang perbuatan baik.
Ketika seseorang bisa melaksanakan janji tersebut, akan mendapat ganjaran surga. Namun jika salah satunya dilanggar, akan mendapat siksa di dunia sebagai tebusan atas dosa yang dilakukan. Dan ketika dosa itu tak tertebus sampai hari kiamat, akan menjadi hak Allah apakah seseorang itu akan diampuni atau disiksa.
Pada Ba’iatul Aqabah kedua itu, Abul Haitsam berpidato kepada kaumnya suku Aus, untuk menerima dan membela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abbas bin Ubadah juga berpidato kepada kaumnya, Suku Khazraj dengan ajakan yang sama. antara lain ia berkata, "Jika kalian menyaksikan harta benda kalian musnah, dan orang-orang terhormat di antara kalian terbunuh, apakah kalian akan melemparkan beliau ke dalam kehancuran, dan tidak melindunginya dari musuh? Jika itu terjadi, maka Demi Allah, itu adalah kehinaan kalian di dunia dan di akhirat. Bawalah beliau, korbankanlah harta kalian dan tidak mengapa orang-orang terhormat kalian terbunuh, karena demi Allah, itu akan menjadi kebaikan dunia dan akhirat."
Prosesi Ba'iatul Aqabah kedua itu terjadi pada sepertiga malam yang terakhir pada salah satu hari tasyriq. Memang dipilih waktu yang sepi dan gelap untuk tidak diketahui oleh kaum kafir Quraisy. Tetapi setelah seluruh proses ba'iat itu selesai, ada seorang kafir yang memergoki kumpulan tersebut. Ia berteriak di tempat ketinggian, "Wahai orang-orang yang ada di dalam rumahnya, apakah kalian menghendaki Muhammad dan orang yang berkumpul bersamanya, yang telah keluar dari agama nenek moyangnya? Lihatlah, mereka berkumpul di tempat penggembalaan kalia."
"Demi Allah, ini krisis Aqabah." Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mendengar ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, Abbas bin Ubadah berkata, "Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, jika engkau berkenan, besok kami akan menghabisi penduduk Mina dengan pedang-pedang kami."
Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Kami tidak diperintahkan untuk itu, kembalilah kalian ke tenda kalian!"
Mereka kembali ke tenda masing-masing dan tidur. Keesokan harinya, beberapa pembesar Quraisy datang ke perkemahan penduduk Yatsrib, dan menanyakan kebenaran peristiwa semalam.
Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin rombongan haji dari Yatsrib, dengan tegas berkata, "Itu bohong, kaumku tidak mungkin bertindak secara lancang melangkahiku. Apapun yang dilakukan penduduk Yatsrib, mereka selalu meminta pertimbangan dariku!"
Tujuhpuluh lebih orang yang telah memeluk Islam berbaur dengan yang lainnya, dan sama sekali tidak berkomentar apa-apa. Kaum Quraisy tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada bukti dan saksi yang menguatkan dugaannya tersebut.
Inilah titik tolak awal bangkitnya Islam, dua suku terkuat di Madinah yang sebelumnya saling berperang, bersedia berkorban untuk mendukung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua tokohnya, Abbas bin Ubadah dari Khazraj dan Abul Haitsam at Tayyihan dari Aus, berhasil meyakinkan kaumnya untuk berdiri di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam demi menegakkan dan memenangkan Islam.