Kisah Rasulullah Membesarkan Hati Seorang Wanita Miskin

Terkisah hiduplah seorang wanita tua miskin yang dalam segala kekurangannya selalu memiliki rasa cinta yang besar terhadap Rasul Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Wanita ini bernama Barirah, beliau adalah seorang budak. Dia tinggal di sebuah rumah reot, sebuah gubuk, dan sangat menginginkan Rasulullah SAW untuk berkunjung menemuinya.

Namun, Barirah menyadari bahwa rumahnya bukanlah apa-apa. Dia tidak memiliki apa pun untuk disuguhkan kepada tamu spesial seperti Rasulullah SAW.

Namun suatu ketika, Barirah mendapat makanan yang cukup mewah dari salah satu sahabatnya.

Makanan ini adalah makanan lezat yang jarang, mungkin belum pernah, Barirah nikmati seumur hidupnya.

Sebelum mencicipi, ia seketika teringat oleh keinginannya mengundang Rasulullah berkunjung ke rumahnya. Ia terpikirkan, selagi ada, sebaiknya makanan istimewa ini ia suguhkan kepada orang yang selama ia rindukan.

Barirah kemudian meyakinkan diri untuk mengundang Nabi Muhammad SAW ke rumahnya, dan beliau datang bersama sahabat-sahabat lain ke gubuk Barirah.

Begitu sampai, sahabat Nabi yang melihat makanan mewah itu seketika berpikir: budak ini tidak mungkin membeli makanan ini sendiri.

Ia kemudian berkata, “Wahai Rasulullah bisa jadi ini makanan zakat atau sedekah. Sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan sedekah. Jadi Engkau jangan memakannya, ya Rasulullah.”

Kecintaan Barirah terhadap Rasulullah SAW dan keinginannya untuk menemui Nabi Muhammad SAW sudah membuat dia lupa bahwa Nabi Muhammad tidak menerima zakat dan shadaqah.

Perasaan malu, takut dan gelisah kini merusak kegembiraannya. Barirah merasa sangat tertekan oleh tindakannya yang tidak pantas.

Ia tertunduk selagi para sahabat melarang Nabi Muhammad SAW memakan hidangan yang tersaji.

Dalam kondisi ini, Rasulullah SAW menampilkan kemuliaannya. Beliau dengan lembut berucap, “Makanan ini memang sedekah untuk Barirah, dan karenanya sudah menjadi milik Barirah. Lalu Barirah menghadiahkannya kepadaku. Maka aku boleh memakannya.”

Baginda Nabi kemudian memakan hidangan itu tanpa segan.