Roehana Koeddoes

Roehana Koeddoes lahir dengan nama Siti Ruhana pada tanggal 20 Desember 1884 di desa Koto Gadang desa (nagari), Kabupaten Agam, di pedalaman Sumatera Barat, Hindia Belanda. Setelah kematian ibunya pada tahun 1897, Roehana kembali ke Koto Gadang dan menjadi semakin tertarik untuk mengajar gadis-gadis di sana belajar kerajinan tangan dan membaca Al-Qur’an.

Pada tahun 1908, atau di usia 24 tahun, Roehana menikah dengan Abdoel Koeddoes, seorang notaris, dan kemudian dikenal sebagai Roehana Koeddoes. Abdoel Koeddoes mendukung pekerjaan istrinya untuk mendidik perempuan. Kemudian pada 1911, ia meresmikan karirnya di bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah pertama di Indonesia yang khusus diperuntukkan bagi perempuan. Didirikan di kota kelahirannya, sekolah Koeddoes memberdayakan perempuan melalui berbagai program, mulai dari pengajaran literasi bahasa Arab hingga moralitas. Roehana memperluas pengaruhnya setelah pindah ke Bukittinggi, dengan menjadi salah satu jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Di sini, ia memainkan peran kunci dalam merintis surat kabar perempuan Soenting Melajoe.

Sepanjang karirnya, Roehana terus menulis artikel yang mendorong perempuan untuk membela kesetaraan dan melawan kolonialisme, dengan beberapa mencapai pengakuan nasional. Berkat perjuangannya itu, banyak yang menganggap perempuan dalam jurnalisme Indonesia lebih kritis dan berani dari sebelumnya.

Tepat dua tahun yang lalu, pada tanggal (8/11/2019), Roehana Koeddoes diumumkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional asal Kabupaten Agam oleh Presiden Joko Widodo. Penetapan perempuan pejuang kelahiran Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, 137 tahun silam itu tertuang dalam Surat Menteri Sosial RI nomor: 23/MS/A/09/2019.

Tak hanya sebagai Pahlawan Nasional, Roehana Koeddoes juga menerima penghargaan sebagai wartawati pertama Indonesia (1974) pada Hari Pers Nasional ke-3 9 Februari 1987. Kala itu, Menteri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia.

Sebelum meninggal pada 17 Agustus 1972, Roehana Koeddoes masih terus berjuang dengan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak.