K.H.R As'ad Syamsul Arifin

K.H.R As'ad Syamsul Arifin lahir di Mekkah, Saudi Arabia, tahun 1897. Ia merupakan putra dari KH Syamsul Arifin dan Siti Maimunah. Ketika berusia enam tahun, Arifin dibawa oleh orang tuanya kembali ke Pamekasan, Jawa Timur. Di sana mereka tinggal di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan, Madura. Setelah lima tahun menetap, sang ayah mengajak K.H.R As'ad Syamsul Arifin pindah ke Asembagus, Situbondo. Kemudian K.H.R As'ad Syamsul Arifin pindah ke Pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Sejak berusia 12 tahun, Arifin telah merantau dari satu pesantren ke pesantren lain. Pondok pesantren pertama yang ia tuju adalah Sidogiri Pasuruan. Di pondok tersebut ia banyak menimba ilmu sekaligus mengabdi sebagai seorang ustaz. Selang beberapa waktu, ia berpindah ke Pondok Pesantren Langitan, Tuban. Terakhir ia berpindah ke Mekah, bersama Kiai Nawawi. Di sana ia belajar di Madrasah Shalatiyah. Madrasah ini menjadi madrasah yang sebagian besar murid dan gurunya berasal dari Melayu. K.H.R As'ad Syamsul Arifin kembali ke Indonesia tahun 1924.

Pada era pendudukan Jepang, K.H.R As'ad Syamsul Arifin bersama sepupunya, KH Abdus Shomad mendapatkan pendidikan militer di Jember. Pengetahuan dasar militer yang ia dapatkan ini menjadi dasar pergerakannya bersama para kiai lain. K.H.R As'ad Syamsul Arifin menjadi sosok yang disegani di Laskar Sabilillah, Hizbullah, dan Barisan Pelopor. Ketiga laskar tersebut menjadi wadah perjuangan para kiai, santri, dan masyarakat di wilayah Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Jember, Lumajang, dan Pasuruan. Dalam perjuangannya, K.H.R As'ad Syamsul Arifin selalu menekankan nilai "niat". Ia juga turut terlibat langsung dalam upaya mengusir Jepang dari Jawa Timur. Markas utamanya terletak di Ponpes Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono.

Suatu waktu, Arifin juga melakukan perjuangan dengan cara bergerilya. Saat itu yang menjadi sasaran utamanya adalah menyerang pasukan Jepang di Garahan, Kecamatan Silo. Sayangnya, rencana Arifin ini diketahui oleh Jepang. Tentara Jepang pun menyegar pasukan K.H.R As'ad Syamsul Arifin di Sungai Kramat. Akibatnya, pertempuran tidak dapat dihindari. Namun, dalam pertempuran tersebut, Jepang kalang kabut. Mereka melarikan diri ke dalam hutan. Hasil akhir yang didapat dari pertempuran tersebut adalah K.H.R As'ad Syamsul Arifin berhasil merebut kembali Garahan dari pendudukan Jepang tanpa adanya perlawanan.

K.H.R As'ad Syamsul Arifin meninggal dunia di usia 93 tahun, pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur. Atas jasa serta perjuangannya, pada 9 November 2016, Presiden Joko Widodo menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional. Gelar tersebut diberikan berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 90/TK/Tahun 2016.