Ranggong Daeng Romo (Sulawesi Selatan)

Ranggong Daeng Romo (Sulawesi Selatan)

Tanggal 16 Oktober 1945, dibentuk organisasi Angkatan Muda Bajeng dipimpin Ranggong Daeng Romo yang bertujuan untuk mengobarkan jiwa dan semangat perjuangan menentang Belanda. Tanggal 5 Desember 1945, ia diangkat menjadi Komandan Barisan Gerakan Muda Bajeng yang kegiatannya meliputi kemiliteran dan pemerintahan.

Gerakan Muda Bajeng beberapa kali mengalami bentrokan senjata dengan Belanda. Tanggal 21 Februari 1946, menyerang markas serdadu Belanda di Pappu Takalar. Tanggal 23 Februari 1946, ia juga memerintahkan penyerangan yang ingin mendirikan kubu pertahanan di Polleko sehingga pihak musuh meninggalkan tempat.

Tanggal 1 Maret di tahun yang sama, ia memimpin langsung penyerangan dan pertempuran dengan patroli Belanda. Tanggal 7 Maret 1946, ia pun memerintahkan penyerangan terhadap kubu pertahanan musuh di Pappu Takalar.

Kemudian, tanggal 13 Maret 1946 ia juga memerintahkan penyerangan terhadap kubu pertahanan musuh di Botto Lumpang. Tanggal 2 April 1946, Gerakan Muda Bajeng diubah menjadi Laskar Lipan Bajeng dan Ranggong Daeng Romo diangkat menjadi pimpinan tertinggi.

Tanggal 17 Juli 1946 terbentuk Laskar Pemberontakan Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), langkah pertama yang diambil Ranggong Daeng Romo adalah menyempurnakan kekuatan bersenjata dengan membentuk pasukan tempur khusus yang mampu bergerak cepat dalam usaha mengacaukan setiap langkah NICA. Tanggal 8 Agustus 1946, ia berhasil mempertahankan markas besar LAPRIS di Rannaya Palembangkung.

Kemudian, tanggal 28 Februari 1947, pasukan Belanda berhasil mengobrak-abrik pasukan LAPRIS di Lengger. Pada pertempuran itu, Ranggong Daeng Romo gugur dalam perlawanan mati-matian untuk mempertahankan daerahnya dari serangan Belanda.