SOEKARNO
Kelahiran Soekarno
Soekarno lahir di Surabaya pada hari Kamis, 6 Juni
1901. Dia lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman
Rai.
Soekarno lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo.
Namun karena sering sakit di usia 5 tahun, namanya diganti menjadi Soekarno. Nama Soekarno berasal
dari nama panglima perang di dalam kisah pewayangan, yaitu Karna yang diucapkan
menjadi Karno. Awalan 'su' memiliki arti 'baik'.
Meski keturunan ningrat, kehidupan keluarga
Soekarno tidak bergelimang harta, apalagi saat itu penjajah Belanda masih
berkuasa. Namun dia masih bisa bersekolah di sekolah Belanda HIS pada tahun
1908.
Dia lalu berpindah ke Europeesche Lagere School
(ELS) yang berada di Mojokerto. Ia menamatkan pendidikan sekolah dasarnya pada
tahun 1919. Selanjutnya, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS (Hogere
Burger School) di Surabaya atas bantuan teman ayahnya, yaitu HOS Cokroaminoto.
Cokroaminoto juga memberikan tempat tinggal untuk
Soekarno. Bersama Cokroaminoto, Soekarno mendapatkan ilmu yang luas dan sering
bertemu tokoh-tokoh perjuangan, seperti Agus Salim, Abdul Muis, Alimin, dan
lain-lain.
Soekarno pun mulai aktif dalam kegiatan
perjuangan, seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian namanya menjadi Jong Java.
Soekarno mulai mendirikan organisasi bernama Algemene Studie Club di Bandung
hingga menjadi besar dan berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia.
Meraih Kemerdekaan
Setelah aktif dalam pergerakan perjuangan,
Soekarno kemudian terus diawasi Belanda hingga berkali-kali diasingkan. Salah
satu penyebab Bung Karno ditangkap adalah saat berpidato di Yogyakarta dengan
lantang menyebut Belanda imperialis.
Pada tanggal 29 Desember 1929, Soekarno dipenjara
di Sukamiskin. Di sana, dia menulis sebuah pledoi yang dikenal sebagai
Indonesia Menggugat. Dia dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931.
Setelah itu, dia beberapa kali diasingkan,
seperti ke Flores dan Bengkulu. Masa pengasingan justru membuat dirinya semakin
kuat dalam melawan Belanda. Dia membuat rencana-rencana dan gagasan untuk
menuju kemerdekaan.
Ketika masa pendudukan Jepang, Soekarno
dibebaskan pada tahun 1942. Jepang pun memanfaatkan Soekarno dan sejumlah tokoh
untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia. Setelah melalui berbagai
perundingan, Jepang dan para tokoh Indonesia sepakat membahas kemerdekaan
melalui sidang BPUPKI dan PPKI.
Rupanya tokoh muda tidak begitu senang dengan
kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang. Mereka menginginkan Indonesia merdeka
bukan dari pemberian.
Tanggal
15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00, terjadi perdebatan antara Soekarno dan
pemuda di Jalan Pegangsaan Timur No 56. Chaerul Saleh meyakinkan Soekarno bahwa
ribuan pasukan bersenjata siap mengusir tentara Jepang untuk melakukan revolusi.
Bung Karno menolak karena khawatir terjadi
pertumpahan darah yang bakal menghilangkan banyak nyawa. Selain itu, Bung Karno
merasa kemampuan tentara Indonesia tidak cukup kuat melawan Jepang.
Akhirnya pada dini hari, 16 agustus 1945, Bung
Karno dan Bung Hatta terpaksa diculik para pemuda ke Rengasdengklok. Bung Karno
pun didesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Sempat terjadi
perdebatan, akhirnya Bung Karno memilih untuk memproklamasikan kemerdekaan pada
17 Agustus 1945.
Mereka lalu kembali ke Jakarta, yakni ke rumah
Laksamana Maeda yang berani menjamin keselamatan para tokoh. Malam itu juga,
mereka menyusun naskah proklamasi. Istri Soekarno turut menjahit bendera merah
putih.
Akhirnya kemerdekaan diproklamasikan oleh
Soekarno di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00
WIB. Bung Hatta sudah berpesan kepada para pemuda yang bekerja di pers dan
kantor-kantor berita untuk menyebarkan ke seluruh dunia.
Akhir Hayat
Setelah 20 tahun memimpin Indonesia, Soekarno
lengser dari bangku kepresidenan yakni setelah peristiwa G30S/PKI 1965. Situasi
pun tak menentu di segala bidang, termasuk pula kesehatan Soekarno yang terus
memburuk.
Soekarno hanya memiliki satu ginjal yang sehat,
sedangkan satunya sudah membatu. Setiap hari, Bung Karno harus minum madu arab
dan 10 vitamin setiap pagi.
Di akhir hayatnya, Bung Karno harus menjalani
hari-hari di Wisma Yaso yang menjadi tempat tahanan bagi dirinya. Dia sulit
berhubungan dengan orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Penjagaan ketat
oleh tentara diberlakukan di sana.
Sempat bertahan lima tahun, Sukarno akhirnya
wafat pada 21 Juni 1970. Soekarno sempat dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk
mendapatkan perawatan hingga mengembuskan napas terakhir. Bung Karno dimakamkan
di Blitar, Jawa Timur