Maluku Utara
Maluku Utara (disingkat Malut) merupakan provinsi bagian Timur
Indonesia yang resmi terbentuk pada 4 Oktober 1999 yang
sebelumnya menjadi kabupaten dari provinsi Maluku bersama
dengan Halmahera Tengah, berdasarkan UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor
Tahun 2003. Jumlah penduduk Maluku Utara pada tahun 2021 mencapai
1.316.973 jiwa,
dengan kepadatan penduduk sebanyak 41 jiwa/km2.
Saat
awal pendirian Provinsi Maluku Utara, ibu kota ditempatkan di Kota Ternate
berlokasi di kaki Gunung Gamalama dalam kurun waktu kurang lebih 11 tahun,
hingga pada 4 Agustus 2010 setelah adanya masa transisi dan persiapan
pembangunan, Maluku Utara memindahkan ibukota ke Sofifi.
Etimologi
Istilah Maluku pada awalnya merujuk pada
keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi tertentu dari
keempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada abad ke-14,
disebut Moloku Kie Raha atau
"Empat Gunung Maluku". Walaupun kemudian keempat kerajaan itu
berekspansi dan mencakup seluruh wilayah Maluku Utara (sekarang) dan sebagian
wilayah Sulawesi dan Papua, namun wilayah ekspansi itu tidak termasuk dalam
istilah Maluku yang hanya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku
Utara.
Kata
pertama yang dapat diidentifikasi dengan Maluku berasal
dari Nagarakretagama, sebuah kakawin berbahasa
Jawa Kuno dari tahun 1365. Pupuh 14 bait 5 menyebutkan Maloko, yang
Pigeaud identifikasikan dengan Ternate atau Maluku.
Geografis
Provinsi
Maluku Utara terdiri dari 1.474 pulau, jumlah pulau yang dihuni sebanyak 89 dan
sisanya sebanyak 1.385 tidak berpenghuni.
Geologi
Kepulauan
Maluku Utara terbentuk dari pergerakan tiga lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman
kapur. pergerakan ini membentuk busur kepulauan gunung api kuarter yang
membentang dari utara ke selatan di Halmahera bagian
barat, diantaranya adalah Pulau
Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare dan Pulau
Makian. Pulau Halmahera sendiri merupakan pulau
vulkanik meskipun aktivitas vulkanik yang terjadi hanya pada sebagian
wilayahnya.
Demografi
Populasi
Penduduk
Provinsi Maluku Utara pada tahun 2019 adalah 1.282.937 jiwa yang tersebar di 10
kabupaten/kota, sementara pada tahun 2021 berjumlah
1.316.973 jiwa penduduk.Kabupaten Halmahera Selatan merupakan
daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 252.780 jiwa,
menyusul Kota Ternate dengan jumlah 201.244 jiwa, dan daerah yang
memiliki jumlah penduduk palnig sedikit yaitu Kabupaten Pulau Taliabu sebanyak
75.199 jiwa.
Laju
pertumbuhan penduduk di provinsi Maluku Utara adalah 1,98% per tahun. Kabupaten
Halmahera Tengah merupakan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi
yaitu sebesar 2,92% per tahun, sedangkan daerah dengan laju pertumbuhan
penduduk terendah adalah yaitu Kota Tidore Kepulaun sebesar 1,15% per tahun.
Dengan luas 31.982 km² dan jumlah penduduk mencapai 1,2 juta pada tahun
2017, tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Maluku Utara adalah 38/km². Daerah
dengan tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota Ternate dengan tingkat kepadatan
mencapai 2.003/km², sedangkan wilayah dengan tingkat kepadatan terendah
adalah Kabupaten Halmahera Timur dengan
tingkat kepadatan hanya 14/km².
Menurut
data pada Juni 2021, sebanyak 981.120 penduduk Maluku Utara adalah Muslim, 328.859
adalah Protestan, 6.606 adalah Katolik, 139
adalah Buddha, 113 adalah Hindu dan
10 adalah lainnya
Suku
Total
ada sekitar 28 suku dan bahasa di Maluku Utara. Mereka dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan bahasa yang digunakan, yaitu Austronesia and non-Austronesia. Kelompok
Austronesia tinggal di bagian tengah dan timur Halmahera. Mereka diantaranya
adalah Suku
Buli, Suku Maba, Suku Patani, Suku Sawai dan Suku Weda.
Di
Bagian Utara dan Barat Halmahera adalah kelompok bahasa non-Austronesia terdiri
dari Suku Galela, Suku
Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku
Modole, Suku Togutil, Suku Pagu, Suku Waioli, Suku Ibu, Suku Sahu, Suku
Ternate, Suku Tidore dan Suku
Makian. Di Kepulauan Sula ada beberapa kelompok etnis seperti Suku Sula, Suku Kadai, Suku Mange dan Suku Siboyo. Sebagian besar
masyarakat di daerah ini mengerti Bahasa Melayu Ternate, bahasa yang umum
digunakan untuk berkomunikasi antar suku.
Bahasa
Maluku
Utara memiliki 37 bahasa diantaranya Bacan, Bajo, Bicoli, Buli, Buton, Galela,
Gamkonora, Gane, Gebe, Gorap, Ibu, Kadai, Kao, Kayoa, Koloncucu, Laba, Loloda,
Maba, Makian Dalam, Makian Luar, Melayu Ternate, Modole, Pagu, Patani, Sahu,
Saketa, Sanger, Sawai, Sula, Taliabu, Tidore, Ternate, Ternateno, Tobelo,
Tobaru, Waioli, dan Weda.Bahasa Bacan, penutur bahasa ini merupakan masyarakat
di desa Amasing Kota kecamatan Bacan, Kabaputen Halmahera Selatan.
?Agama
Sebagian besar penduduk di Maluku Utara
beragama Islam, dengan
orang-orang Kristen (kebanyakan Protestan)
merupakan minoritas dengan jumlah yang signifikan. Agama Hindu, Buddha,
Konghucu dan berbagai agama lokal lainnya dipraktikkan oleh sebagian kecil dari
populasi. Menurut data Kementerian
Dalam Negeri pada tahun 2021, komposisi agama di provinsi ini
adalah Islam 74,50%,
kemudian Kristen 25,47% di mana Protestan 24,97%
dan Katolik 0,50%.
Selebihnya beragama Hindu 0,01%, Budha 0,01%
dan Konghucu sebanyak 0,01%.